Menurut informasi dari laman resmi Disperkimta Kabupaten Buleleng, Hari Raya Kuningan juga sering disebut dengan Tumpek Kuningan dan dimaknai sebagai momen pemujaan kepada Dewa Pitara.
Pemujaan tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan, keteguhan iman, perlindungan, serta tuntunan lahir dan batin.
Maka dari itu, pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu Bali percaya Bhatara dan Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari, sehingga perayaannya hanya dilakukan hingga tengah hari.
Melansir Kompas.com, Kamis (15/4/2021), Hari Raya Kuningan pun sering dianggap sebagai saat di mana para arwah leluhur kembali ke surga setelah turun ke bumi.
Umat Hindu di Bali percaya, para dewa dan arwah leluhur turun ke bumi pada Hari Suci Galungan untuk bertemu keturunannya.
Selanjutnya, mereka kemudian kembali ke surga pada Hari Raya Kuningan setelah bertemu dengan anak-cucunya di dunia.
Jadi, pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu Bali akan memberikan sejumlah persembahan sebagai bekal para leluhur yang kembali ke surga.
Baca Juga: Anies Rilis Seruan Gubernur soal Libur Fakultatif Hari Raya Deepavali 5123 Kaliyuga
Di Desa Pakraman Bongan Gede, Kabupaten Tabanan, Bali, terdapat sebuah tradisi bernama Mesruyak, yaitu sebuah upacara yang dilakukan bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.
Dalam sebuah jurnal karya I Made Chayana Mendala Putra, tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang tersebut biasa digelar berupa perebutaan uang yang ditebarkan secara acak.
Mesruyak memiliki makna berteriak yang memiliki maksud untuk menggambarkan suka cita yang dirasakan oleh masyarakat dalam acara tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.