JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah seharusnya memberikan KUM (kumulatif) kepada Universitas Airlangga (UNAIR) sebagai pihak yang pertama mengembangkan Vaksin Merah Putih.
Demikian Pengamat Kebijakan Publik Riant Nugroho dalam keterangannya di Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Kamis (11/11/2021).
“Diberikanlah grand yang cukup untuk menjadi center of excellent pengembangan vaksin. Kenapa? Yang lain belum jalan, IPB tidak, UI tidak,” katanya.
“Bahkan kalau perlu mengalahkan yang namanya Bio Farma, kenapa? Bio Farma itu BUMN yang diberikan mandat menyiapkan vaksin loh, ya memang kemarin mengerjakan, memperbanyak saja tetapi tidak meng-create,” tambah Riant.
Dalam keterangannya, Riant menyayangkan sikap pemerintah khususnya Menteri BUMN Erick Thohir dan Menkes Budi Gunadi Sadikin yang tidak sigap melihat aset bangsa.
Baca Juga: Selain Booster, Menkes Sebut Vaksin Merah Putih Disiapkan untuk Anak di Bawah 12 Tahun
Pasalnya, telah membiarkan Universitas Airlangga (UNAIR) bekerja sama dengan Pt Biotis Pharmaceutical dalam upaya menghadirkan Vaksin Merah Putih.
“Biotis itu perusahaan yang majoritynya dimiliki dari negara China Tiongkok, Taiwan, yang ketiga berusia minoritas. Kenapa enggak Bio Farma yang membantu dulu,” kata Riant.
“Jadi ini menurut hemat saya, Pak Menteri BUMN, Pak Menteri Kesehatan kurang sigap ini, kalau saya Menteri BUMN langsung saya rangkul ini, ini aset negara loh.”
Riant pun menuturkan peran Bio Farma dalam perihal vaksin juga sepatutnya dipelototi dan ditegur.
Karena ternyata, Bio Farma sebagai BUMN yang didukung pemerintah kerjanya tidak lebih cepat dibandingkan dengan Unair.
Sebelumnya, oleh Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga Ni Nyoman Tri Puspaningsih menuturkan Vaksin Merah Putih akhirnya memasuki fase uji klinis pada manusia awal Desember 2021. Setelah mengalami penundaan dari rencana awal pada bulan Oktober.
Baca Juga: Kemenkes Butuh 59 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun
“Mohon maaf kepada masyarakat semua bahwa kita agak terlambat mundur dari rencana semula mestinya Oktober uji klinis,” ujarnya.
“Karena itu tadi ada hambatan-hambatan yang harus kita lalui, lewati bersama, nah baru kemudian uji klinisnya di awal Desember ini.”
Sebagai informasi, dalam sidang terbuka Dies Natalis Ke-67 Universitas Airlangga Senin lalu, Rektor Mohammad Nasih menyerahkan bibit Vaksin Merah Putih kepada PT Biotis Pharmaceutical sebagai tanda produksi vaksin untuk kepentingan uji klinis.
Rektor Unair menyatakan dari hasil uji praklinis pada hewan makaka, vaksin merah putih menunjukkan efikasi sebesar 93,8 persen.
Tim peneliti kini menunggu izin BPOM untuk pelaksanaan uji klinis pada manusia yang direncanakan akan digelar tiga tahap di RSUD Dokter Soetomo Surabaya pada awal Desember mendatang.
Pengembangan Vaksin Merah Putih oleh sejumlah lembaga didasarkan pada standar praktik pengembangan vaksin yang diadopsi oleh BPOM.
Baca Juga: Kemenkes Luncurkan Chatbot Whatsapp, Layani Pengaduan soal Masalah Sertifikat Vaksinasi Covid-19
Selain itu, harus memenuhi standar uji praklinis pada hewan dan uji klinis pada manusia.
Untuk lolos uji fase praklinis pengembangan vaksin harus memenuhi syarat standar tahap pengembangan awal dan memenuhi syarat good laboratory practice.
Sementara untuk lolos uji fase uji klinis, pengembangan vaksin harus memenuhi standar good clinical practice atau cara uji klinis yang baik.
Termasuk memenuhi syarat standar good manufacturing practices atau cara pembuatan obat yang baik.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.