Sementara, aparatur negara mestinya menjadi benteng pertahanan negara dan teladan penanaman Pancasila dalam diri pribadi seseorang sebagai warga negara Indonesia.
"Ya, selama ini kita menganggap kalau aparat ini merupakan orang yang paling kuat (jiwa) nasionalismenya. Nah kalau sudah diinfiltrasi, ini repot juga," ujar alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Garut ini.
"Maka dari itu harus ada kesadaran dari pimpinan instansi/lembaga bahwa bahaya ini nyata dan ada," imbuhnya.
Di sisi lain, Darraz mengakui cenderung sulit mengidentifikasi penyusupan kelompok radikal dalam TNI-Polri dan lembaga aparatur negara.
Dirinya berharap ada kesadaran dan kepekaan dari pimpinan instansi terhadap bahaya radikalisme, terutama yang menyasar aparatur negara.
Baca Juga: Moeldoko Sebut Pesantren Bisa Cegah Paham Radikal di Lembaga Pendidikan
Abdullah Darraz pun mengungkapkan langkah-langkah yang mesti dilakukan para pemimpin instansi untuk mencegah masuknya ideologi radikal dan intoleran ke dalam tubuh institusi atau lembaga negara.
"Kuncinya yang pertama adalah menyadari bahwa gerakan ini (radikal dan intoleran) ada,” jelas Darraz.
“Kedua, sesegera mungkin mendeteksi sumbernya dimana, karena saya sendiri meyakini bahwa pendekatan kelompok radikal tersebut menargetkan orang-perorangan dengan mengajarkan hal-hal yang bertentangan atau polemik," imbuhnya.
Darraz juga berpesan agar pimpinan TNI-Polri dan berbagai lembaga negara memberikan penanaman nilai Pancasila.
“Ketiga adalah internalisasi nilai-nilai ideologi Pancasila, nilai kebangsaan, nilai kebinnekaan, serta nilai-nilai positif di negara Indonesia,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.