PALU, KOMPAS.TV - Aparat keamanan Satuan Tugas (Satgas) Magado Raya berhasil menembak mati dua orang teroris dalam kontak senjata di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi, pada Sabtu (18/9/2021) lalu.
Salah satu teroris yang tewas adalah Ali Kalora, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Wakil Bupati Poso Yasin Mangun pernah mengungkapkan, Ali Kalora dan pengikutnya sangat meresahkan masyarakat, khususnya petani di wilayah Kabupaten Poso, Parigi Parigi dan Sigi.
"Ekonomi warga Poso menurun karena Aksi teror Kelompok MIT," kata Yasin, pada 4 Juni 2021 lalu.
Ali Kalora lahir tanggal 30 Mei 1981 di Gowa, Sulawesi Selatan.
Nama asli Ali Kalora adalah Ali Ahmad, nama Kalora disematkan pada dirinya karena pernah tinggal di Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso.
Baca juga: Termasuk Ali Kalora, Tujuh Teroris Poso Tewas di Tangan Koopgabsus Tricakti TNI sejak Awal 2021
Ia menjadi pemimpin kelompok teroris MIT Poso pada 2016 silam, pasca tewasnya pimpinan sebelumnya, Santoso.
Sebelumnya, Ali Kalora memimpin kelompok teroris MIT bersama Basri, namun setelah Basri ditangkap Pasukan Satgas Operasi Tinombala, Ali Kalora kemudian menjadi pemimpin tunggal dan menjadi target utama Operasi Tinombala.
Ali Kalora disebut-sebut sebagai teroris yang ahli merakit bom lontong dan memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarian.
Ali Kalora kerap menyamar sebagai warga biasa dan menjadi petani untuk menghindar dari kejaran pasukan pemburu teroris.
Pasukan Satgas Operasi Tinombala hingga berganti nama menjadi Satgas Operasi Madago Raya, selalu meminta agar Ali Kalora menyerahkan diri, namun ia tidak mengindahkannya.
Baca juga: Daftar Barang Ali Kalora yang Tewas Ditembak Satgas Madago Raya, Ada Senjata M-16 hingga Beras
Wakasatgas Humas Ops Madago Raya AKBP Bronto Budiyono pada Rabu 22/9/2021) kemarin mengungkapkan, setidaknya ada 10 kasus pembunuhan dan pembakaran yg merupakan bukti kekejaman Ali Kalora dan kawan-kawannya.
10 kasus tersebut berlangsung dari tahun 2017 sampai dengan 2021, yakni;
"Data kejahatan atau kekejaman diluar perikemanusiaan yang dilakukan Ali Kalora perlu dipublish agar masyarakat memahami perbuatan yang telah dilakukan," kata Bronto.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Bronto berharap masyarakat untuk tidak memberikan rasa simpati sekecil apapun kepada kelompok ini,
"Mereka bukan pahlawan tetapi sebagai kelompok teroris yang selalu menyebar ketakutan," kata dia.
"Jangan berikan bantuan logistik atau makanan, informasi dan laporkan kepada Polri atau TNI apabila ada orang yang mencurigakan yang mempunyai ciri-ciri fisik seperti gambar DPO yang telah disebar oleh Satgas Madagoraya," ucapnya.
Baca juga: Setelah Ali Kalora Tewas, Satgas Madago Raya Rilis Selebaran Berisi Empat Foto DPO MIT yang Tersisa
Untuk diketahui, Tim Satgas Madago saat ini masih melakukan pencarian terhadap 4 DPO yang tersisa dari kelompok ini, masing-masing bernama Askar alias Pak Guru, Mukhlas alias Nae, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, dan Suhardin alias Hasan Pranata.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.