JAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Sosial (Kemensos) mencatat per tanggal 7 September 2021, sebanyak 25.202 anak kehilangan orang tua akibat Covid-19.
Direktur Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat menjelaskan, anak yang kehilangan orang tua ini akan masuk dalam program asistensi rehabilitasi sosial terintegrasi (Atensi) yang sudah berjalan.
Program Atensi tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak, tapi juga berbagai komponen kebutuhan anak.
Nantinya, pelaksanaan program Atensi ini diprioritaskan kepada keluarga terdekat atau pengasuhan alternatif berbasis komunitas.
Baca Juga: Ketua MPR Minta Pemerintah Pastikan Anak Kehilangan Orangtua Selama Pandemi Covid-19 Terlindungi
Menurut Harry, jika kedua prioritas tersebut tidak dapat terlaksana, maka anak akan tinggal di panti sosial asuhan anak (PSAA).
"Kalau memang sangat diperlukan atas ketiadaan yang mengasuh sehingga diperlukan tinggal di panti misalkan," ujar Harry dalam diskusi daring, Rabu (8/9/2021) seperti dikutip dari Kompas.com.
Harry menjelaskan, kebutuhan anak yang tinggal bersama keluarga atau komunitas tetap menjadi tanggungan pemerintah.
Biayanya berasal dari 50 persen sisa anggaran program Atensi yang belum terealisasi.
Menurut Harry, rencananya bantuan bagi anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19 sebesar Rp200 ribu per bulan. Bantuan sosial (bansos) ini akan diberikan selama empat bulan hingga akhir tahun 2021 untuk setiap anak yatim piatu yang sudah sekolah.
Baca Juga: Sorotan: Puluhan Ribu Anak Kehilangan Orangtua Karena Pandemi Corona
Sedangkan untuk anak yatim piatu yang belum sekolah, bansos yang diberikan senilai Rp300 ribu per bulan selama empat bulan hingga akhir tahun 2021.
Namun anggaran yang masih ada sebesar Rp138 miliar, baru mampu diberikan kepada kurang lebih 173 ribu anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19.
“Skala prioritas tentu sementara anak yatim yang orang tuanya meninggal karena Covid-19,” ujarnya.
Adapun 25.202 anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19 ini tersebar di seluruh Indonesia.
Terbanyak ada di Provinsi Jawa Barat dengan 9.639 anak, Jawa Tengah dengan 9.293 anak, DKI Jakarta 2.178 anak. Paling sedikit di Papua Barat dengan tiga anak.
Baca Juga: Kemensos Siapkan Rp24 Miliar untuk 10 Ribu Anak Yatim Korban Covid-19
Menurut Harry, data tersebut masih dinamis sebab masih ada kendala dalam proses pendataan.
Semisal data yang diberikan dari daerah hanya mencantumkan nama dan alamat anak, tidak dilengkapi dengan kartu keluarga, nama dan NIK ibu kandung ataupun nama dan NIK walinya.
"Ini baru yang terlaporkan, teridentifikasi. Data ini belum menggambarkan populasi. Boleh jadi, populasi anak yatim itu lebih besar dari pada yang dilaporkan," ujar Harry.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.