Diberitakan Kompas.com, mengutip Science News, vaksin ini terbukti 66 persen efektif mencegah terjadinya penyakit sedang dan berat.
Kemudian dalam hal mencegah kasus kritis yang membutuhkan rawat inap, efektivitasnya lebih tinggi, yakni 85 persen.
Vaksin Johnson and Johnson berisi virus flu biasa (adenovirus 26) yang telah direkayasa oleh para peneliti agar membawa instruksi memuat protein lonjakan virus corona ke dalam sel manusia.
Kemudian sel manusia membuat protein virus yang mendorong sistem kekebalan tubuh membuat antibodi dan melatih sel kekebalan untuk menyerang virus corona jika orang tersebut terinveksi nantinya.
Efek samping
Berdasarkan hasil uji coba klinis yang dilakukan pun, vaksin ini disebut memiliki catatan keamanan yang baik.
Mengutip Healthline, vaksin Johnson and Johnson diketahui memiliki efek samping yang tergolong ringan dan dapat dengan mudah ditangani.
Baca Juga: Cek Daftar Lengkap Fasilitas Kesehatan yang Sediakan Vaksin Pfizer di Jakarta
Misalnya hanya dengan istirahat atau mengonsumsi pereda nyeri yang dijual bebas di pasaran.
Efek samping dari vaksin ini terbagi menjadi dua, pertama adalah timbulnya nyeri pada tempat suntikan.
Nyeri ini juga biasanya disertai warna kemerahan atau bengkak pada lokasi suntikan. Efek ini kebanyakan dirasakan selama 2-3 hari.
Efek kedua adalah efek sistemik, berupa munculnya sejumlah gejala seperti flu, sakit kepala, rasa kelelahan, nyeri otot, mual dan kemungkinan demam.
Baca Juga: 516 Buruh di Solo Dapat Suntikan Dosis Pertama Vaksin Moderna
Untuk efek berupa demam dilaporkan terjadi pada sekitar 55 persen penerima vaksin.
Rata-rata yang dialami adalah sakit kepala dan rasa kelelahan. Sementara efek mual dan demam sangat sedikit ditemukan.
Semua efek atau gejala tersebut hanya akan berlangsung selama 1-2 hari.
Sumber : Kompas TV/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.