SOLO, KOMPAS.TV- Hujan es mengguyur sejumlah lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan juga di wilayah Provinsi Jawa Timur (Jatim) tepatnya di Nganjuk.
Video yang merekam hujan es di wilayah tersebut pun viral di media sosial.
Nah, sekarang bagaimana hujan es dapat terjadi dan berapa lama biasanya durasi hujan es itu.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa hujan es sejatinya merupakan fenomena alami dan dapat terjadi di belahan dunia mana pun.
Baca Juga: Jangan Lebai Soal Hujan Es, Ini Alasannya
Ini yang membedakannya dengan salju yang hanya bisa terjadi di wilayah lintang lebih dari 23,5 derajat.
Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es bisa terjadi dalam dua kondisi. Pertama pada masa pancaroba yang disertai angin kencang.
Kedua, hujan dengan perbedaan suhu yang besar dalam satu hari.
Dia menjelaskan, saat masa pancaroba, terjadi hujan dengan perbedaan suhu besar disertai angin kencang, hal ini meningkatkan potensi terbentuknya awan cumulonimbus.
Baca Juga: Hujan Es dan Angin Kencang Landa Yogyakarta, Tenda Vaksinasi Covid-19 Ikut Ambruk
Awan cumulunimbus memiliki bentuk mirip bunga kol berwarna putih.
"Kalau hujan es disebabkan oleh awan cumulonimbus, salju disebabkan oleh awan nimbus stratus," ujar Hary seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (4/3/2021).
Hary menjelaskan, awan jenis cumulonimbus lebih banyak mengandung air dalam bentuk padat daripada cair. Oleh karena itu, hujan yang turun bisa dalam bentuk padat.
Baca Juga: Dua Hari Berturut-Turut Hujan Es di Sleman dan Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG
Terpisah, prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Bandara Internasional Lombok (BIL), Kadek Setiya Wati, menambahkan, awan cumulonimbus tak hanya berpotensi menyebabkan hujan es.
Namun juga bisa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.