Kompas TV nasional peristiwa

Pandemi Bikin Orang Jadi Pengangguran, Ini Buktinya

Kompas.tv - 1 Januari 2021, 17:12 WIB
pandemi-bikin-orang-jadi-pengangguran-ini-buktinya
Kenaikan angka pengangguran di Indonesia akibat pandemi Covid-19 tidak terelakkan. Pada tahun ini angka pengguran melonjak hingga 3,7 juta orang. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Tahun 2020 bisa dibilang tahun pandemi Covid-19. Dampaknya, sepanjang tahun 2020 banyak orang kehilangan pekerjaan.

Survei yang dilakukan Platform Market Research Populix terhadap 5922 responden membuktikan bahwa  sebanyak 43% responden masih bekerja baik full-time, freelance, maupun memiliki usaha. Sisanya, sebanyak 57% sudah jadi pengangguran.

Dari 43% responden yang masih bekerja, 89% di antaranya pekerja full-time dan freelance. Sedangkan, 11% lainnya adalah pemilik usaha yang masih survive di masa pandemi ini.

Survei yang dilakukan selama periode Desember 2020 itu terdiri dari 58% perempuan dan 42% laki-laki.

Baca Juga: Strategi Menaker Tekan Jumlah Pengangguran yang Naik Akibat Pandemi

“Ketidakpastian kapan pandemi berakhir dan situasi finansial yang sulit menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang masih bekerja maupun pemilik usaha,” ungkap Jessica Gautama, Head of Marketing Populix dalam keterangan resminya, Jumat (1/1/2021).

Setengah dari responden yang masih bekerja dan memiliki usaha, sambung Jessica, masih bisa menyisihkan 10% dari penghasilannya.

Angka tersebut menunjukan masyarakat masih bisa menyiasati kesulitan finansial di masa pandemi ini.

Meski demikian, masyarakat masih punya harapan bahwa tahun 2021 keadaan ekonomi akan membaik. Populix mencatat, 8 dari 10 orang mengaku optimis bahwa penghasilan dari pekerjaan maupun bisnis mereka akan membaik pada tahun 2021.

Keyakinan tersebut terlihat dari 29% responden yang optimis akan memiliki sumber pendapatan lebih dari satu. Sedangkan 26% lainnya yakin bisa mulai berinvestasi.

Baca Juga: Sandiaga Uno:  2020 Tahun  Pengangguran,  2021 Harus Bangkit

Optimisme masyarakat tersebut tentunya berpengaruh pada tren transaksi yang akan digunakan pada 2021 dan tahun-tahun berikutnya.

Penggunaan transaksi non-tunai yang sudah merebak  sejak awal pandemi akan berlanjut.

E-wallet menjadi platform transaksi finansial yang paling banyak digunakan. Jumlahnya mencapai 47% pilihan responden.

Platform lainnya; Mobile Banking, Debit Card dan Internet Banking masing-masing mendapat 28%, 12%, dan 7% pilihan responden.

ShopeePay, meski muncul belakangan, merupakan E-wallet yang paling unggul dibanding kompetitor lain.

ShopeePay digunakan oleh 25% responden. Sementara, OVO dan GoPay masing-masing digunakan oleh 23% dan 22% responden.

“E-wallet umumnya digunakan untuk transaksi via e-commerce. 51% responden menggunakan E-wallet untuk belanja keperluan sehari-hari. Sementara, 20% lainnya menggunakan E-wallet untuk membeli pulsa, voucher dan bayar tagihan,” kata Jessica.

Uniknya, masyarakat tidak tergiur oleh promo kartu kredit dan mudahnya pinjaman online yang selama pandemi menjamur.

Sebanyak 73% responden mengaku tidak menggunakan kartu kredit. Sementara, 81% responden mengaku tidak memanfaatkan jasa pinjaman online meski terhimpit masalah ekonomi.

Jessica menyatakan, dari data yang dirilis Populix, masyarakat bisa menentukan resolusi finansial apa yang sudah dan belum tercapai termasuk untuk mengatur serta memprediksi langkah finansial apa yang akan diambil di 2021.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x