Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, sel-sel tubuh dapat menjadi resisten terhadap insulin. Artinya, insulin tidak dapat bekerja secara efektif dalam membawa gula ke dalam sel.
Kandungan garam dan lemak trans yang tinggi pada makanan ultra proses dapat memicu tekanan darah tinggi dan peningkatan kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL). Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Minimnya serat pada makanan ultra proses dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti sembelit dan gangguan mikroba usus. Hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan sistem pencernaan secara keseluruhan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahan tambahan seperti nitrat dan nitrit yang sering digunakan dalam pengolahan makanan ultra proses, dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker kolorektal.
Nitrat dan nitrit yang sering digunakan sebagai pengawet dalam daging olahan seperti sosis, bacon, dan daging asap, dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam tubuh dan membentuk nitrosamin.
Nitrosamin merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Konsumsi makanan ultra proses yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan.
Makanan ultra proses sering kali rendah nutrisi penting seperti omega-3, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh otak untuk berfungsi dengan baik.
Baca Juga: 4 Makanan yang Dapat Memicu Jerawat, Ada yang Disukai Banyak Orang
Nutrisi-nutrisi ini berperan penting dalam mengatur suasana hati, mengurangi peradangan, dan menjaga kesehatan sel-sel otak.
Makanan ultra proses biasanya juga tinggi gula dan lemak jenuh yang dapat menyebabkan lonjakan dan penurunan kadar gula darah yang drastis.
Fluktuasi gula darah yang ekstrem ini dapat memengaruhi suasana hati dan meningkatkan risiko depresi. Selain itu, lemak jenuh dikaitkan dengan peradangan yang dapat merusak sel-sel otak.
Sumber : Cleveland Clinic
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.