Ray mengatakan, hasil penelitian FKI ini memang tidak mewakili data nasional, tetapi bukti klinis dari sampel yang diuji sangat kredibel dalam mengukur kekurangan zat besi dan energi.
"Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang menyebut anak anemia memiliki working memory yang rendah," paparnya.
Menu sarapan bergizi
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kurangnya asupan zat gizi makro adalah penyebab mayor dari masalah ini. Sekitar 28 persen anak-anak memiliki asupan energi yang tidak mencukupi, dan lebih dari 63 persen anak kekurangan karbohidrat.
“Ini adalah fakta yang bisa dihubungkan secara medis bahwa anak-anak SD banyak yang tidak cukup makan, sehingga asupan gizi terutama gizi makro menjadi tidak cukup," kata Prof. Nila.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, orang tua perlu menyediakan menu sarapan yang bergizi seimbang.
"Selain karbohidrat, dalam menu sarapan juga perlu ada protein hewani. Bisa berupa telur, susu, ataupun tahu tempe," paparnya.
Baca Juga: Kolaborasi Mustika Ratu dan BPOM Dorong Daya Saing UMKM Kosmetik
Dalam penelitian oleh tim yang diperkuat oleh Dr. Tonny Sundjaya, Dr. Kianti Raisa dan Dr. Eric Tjoeng ini ditegaskan pentingnya tindakan segera.
Program intervensi gizi yang menyeluruh dan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama pemerintah.
Program pemberian makan siang bergizi di sekolah juga menjadi salah satu potensi solusi, asalkan dijalankan dengan baik dan memastikan makanan dikonsumsi secara habis di sekolah oleh semua murid.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.