Kompas TV lifestyle kesehatan

6 Kondisi Kesehatan yang Dapat Turunkan Trombosit Selain DBD

Kompas.tv - 30 April 2024, 17:04 WIB
6-kondisi-kesehatan-yang-dapat-turunkan-trombosit-selain-dbd
Ilustrasi. Trombosit adalah sel darah yang membantu pembekuan darah. Ketika jumlah trombosit rendah, hal itu dapat menyebabkan memar dan pendarahan yang mudah. (Sumber: DIGITALE on Unsplash)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Edy A. Putra

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Trombosit merupakan fragmen sel kecil tidak berwarna yang berada di dalam darah. Bagian ini bertugas untuk menghentikan atau mencegah pendarahan.

Turunnya jumlah trombosit dalam darah kerap dikaitkan dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Padahal, ada beberapa kondisi lainnya yang dapat menurunkan trombosit dalam darah. 

Dilansir laman Mayo Clinic, kadar trombosit normal berkisar antara 150.000 hingga 400.000 keping per mikroliter darah.

Seseorang dikatakan memiliki kondisi trombosit turun apabila kadar trombositnya di bawah 150.000 keping per mikroliter darah. 

Baca Juga: 9 Makanan yang Dapat Meningkatkan Trombosit dengan Cepat

Ketika jumlah trombosit turun di bawah 10.000 keping per mikroliter darah, seseorang dianggap mengalami trombositopenia parah.

Trombosit turun bisa menyebabkan beragam masalah kesehatan, termasuk perdarahan dalam tubuh. 

6 Kondisi Kesehatan yang Dapat Turunkan Trombosit dalam Darah

Berikut kondisi kesehatan yang dapat menurunkan trombosit dalam darah selain DBD.

1. Autoimun

Penyakit autoimun dapat menurunkan trombosit. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh, termasuk trombosit. 

Trombosit adalah sel darah yang membantu pembekuan darah. Ketika jumlah trombosit rendah, hal itu dapat menyebabkan memar dan pendarahan yang mudah. 

Dalam beberapa kasus, trombositopenia autoimun (penurunan trombosit akibat penyakit autoimun) dapat menyebabkan pendarahan yang parah dan mengancam jiwa.

2. Anemia aplastik

Anemia aplastik juga dapat menurunkan trombosit dalam darah. Pada anemia aplastik, sumsum tulang tidak menghasilkan cukup sel darah baru termasuk trombosit.

Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan internal yang mengancam jiwa, seperti pendarahan otak atau usus.

3. Kanker darah

Kanker darah atau leukimia adalah salah satu penyakit yang sering tidak disadari hingga memasuki stadium lanjut.

Ketika seseorang mengalami penyakit ini, trombosit dalam darah mereka juga akan menurun hingga sistem imunnya juga semakin melemah.

Kanker darah dapat menyebabkan sumsum tulang menjadi rusak, sehingga tidak dapat memproduksi trombosit yang cukup.

Beberapa pengobatan kanker, seperti kemoterapi dan radiasi, dapat merusak sumsum tulang dan menyebabkan trombositopenia.

4. Infeksi virus

Infeksi bakteri parah yang melibatkan darah (bakteremia) dapat menghancurkan trombosit, salah satunya infeksi penyakit demam berdarah. Virus ini dapat menyerang dan menghancurkan trombosit secara langsung.

Infeksi virus dapat menyebabkan tubuh menggunakan trombosit lebih banyak, misalnya untuk melawan infeksi atau memperbaiki jaringan yang rusak.

Hal ini dapat menyebabkan trombositopenia jika tubuh tidak dapat memproduksi trombosit cukup cepat untuk menggantikan yang digunakan.

5. Infeksi bakteri

Pada beberapa kasus infeksi bakteri, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang trombosit bersama dengan bakteri.

Hal ini dapat menyebabkan trombositopenia autoimun, yaitu kondisi di mana trombosit dihancurkan oleh antibodi yang diproduksi oleh tubuh sendiri.

Infeksi bakteri yang parah, seperti sepsis, dapat menyebabkan peradangan sistemik yang luas. Peradangan ini dapat merusak trombosit dan menyebabkan trombositopenia.

Baca Juga: 6 Cara Menaikkan Trombosit dengan Cepat dan Alami

6. Preeklamsia

Kondisi kesehatan yang dapat menurunkan trombosit selanjutnya adalah preeklamsia pada ibu hamil.

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine setelah usia kehamilan 20 minggu.

Penyebab preeklamsia belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terkait dengan masalah pada plasenta, organ yang menghubungkan ibu dan janin.


 




Sumber : Mayo Clinic




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x