Prajurit-prajurit mengikuti saran Wu Zixu, menemukan bahwa tembok bagian bawah dibuat dari batu bata khusus dari tepung beras ketan. Makanan ini ternyata adalah Nian Gao pertama kali, yang menjadi penyelamat bagi banyak orang dari kelaparan.
Sejak saat itu, setiap tahunnya, orang-orang membuat Nian Gao sebagai tanda penghormatan terhadap Wu Zixu.
Seiring berjalannya waktu, Nian Gao berkembang menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Cina, atau di Indonesia, lebih dikenal sebagai kue keranjang.
Baca Juga: Tradisi Bersih-bersih Kelenteng Jelang Imlek di Rembang
Memakan kue keranjang pada perayaan tahun baru memiliki makna positif yang diyakini secara turun-temurun oleh warga Tionghoa.
Kue keranjang menjadi simbol pendapatan dan jabatan yang meningkat, perkembangan baik pada anak-anak, dan umumnya menandakan tahun yang lebih baik dibanding sebelumnya.
Keyakinan ini membuat mereka meyakini bahwa mengonsumsi kue keranjang selama perayaan Imlek atau Tahun Baru China membawa keberuntungan dan nasib baik.
Baca Juga: Perajin Lilin Ukir di Blitar Banjir Pesanan Jelang Tahun Baru Imlek
Pada awal Dinasti Liao (907-1125), warga di Beijing memiliki tradisi memakan kue pada hari pertama bulan pertama. Seiring perkembangannya, terutama pada masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911), kue keranjang menjadi bagian dari santapan sehari-hari di seluruh Tiongkok.
Sumber : China Highlight
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.