JAKARTA, KOMPAS.TV - Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI mencatat 40 persen kasus rabies dialami oleh anak-anak.
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan oleh hewan seperti anjing, kelelawar, kucing, dan kera yang terinfeksi penyakit rabies.
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI Novie Homenta Rampengan, mengungkapkan penyebab di balik tingginya kasus rabies pada anak.
"Kenapa terjadi pada anak-anak? Karena mereka senang bermain dengan binatang, sehingga mereka kerap akrab dengan binatang. Keadaan ini menjadi rentan bagi anak untuk diserang oleh binatang tersebut," jelasnya dalam diskusi daring, Sabtu (17/6/2023).
Lebih lanjut Novie menyampaikan, tingginya angka gigitan hewan termasuk anjing pada anak dapat meningkatkan risiko penyakit rabies.
"Anak-anak senang bergaul akrab dengan binatang, sehingga begitu orang tua terkadang kurang perhatian, suatu waktu rentan diserang oleh hewan tersebut," kata Novie menambahkan.
Kendati demikian, menurut penjelasannya, belum ada catatan kematian pada anak meskipun kasus rabies pada anak di Indonesia cukup tinggi.
Sementara itu, menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies sepanjang tahun 2020 hingga bulan April 2023.
Diari jumlah itu, 23.211 kasus gigitan sudah mendapatkan vaksin anti-rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Imran Pambudi menyebut, 95 persen kasus rabies tersebut disebabkan oleh gigitan anjing.
“(Sebanyak) 95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi 95 persen karena gigitan anjing,” ujarnya, Jumat (2/6).
Baca Juga: Apa Itu Rabies? Virus yang Bikin Bocah 5 Tahun di Bali Tewas Usai Digigit Anjing Perliharaannya
Novie memaparkan, penularan penyakit rabies kepada manusia dapat terjadi baik melalui gigitan maupun secara non-gigitan.
Penularan melalui gigitan terjadi ketika hewan, baik anjing, kucing atau kera yang terjangkit virus rabies menggigit manusia, di mana air liur yang mengandung virus akan masuk ke tubuh manusia.
Sementara penularan non-gigitan, kata Novie, bisa melalui jilatan pada kulit yang terbuka.
"Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia akan mulai melakukan replikasi di jaringan otot sekitar lokasi gigitan, naik ke otak, berkembang biak, kemudian menjalari seluruh organ tubuh," jelasnya, dikutip dari Antara.
Kendati demikian, penderita tidak langsung menunjukkan gejala rabies yang khas. Gejala penyakit baru muncul selang 2 minggu sampai 2 tahun.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai penularan penyakit rabies mengacu pada masa inkubasi virus tersebut pada tubuh manusia.
Setelah masa inkubasi, orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala-gejala yang berkembang secara bertahap, dimulai dengan gejala awal yang mirip flu, lalu berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah.
Berikut gejala rabies pada manusia:
Jika gejala tersebut tidak mendapatkan penanganan medis, maka lama-lama akan timbul gejala seperti hidrophobia, takut air atau udara, dan cahaya.
Baca Juga: Marak Kasus Rabies, Dinkes Siapkan Rabies Center untuk Antisipasi
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI Novie Homenta menyebut ada sejumlah cara yang dapat dilakukan orang tua dalam penganan awal terhadap anak yang diduga tertular rabies.
Bila seseorang terkena gigitan yang terindikasi virus rabies, maka jangan panik dan segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit.
Kemudian melapor ke Puskesmas, rumah sakit, atau Rabies Center, guna mendapatkan penanganan medis yang lebih cermat seperti pemberian vaksin atau serum anti-rabies.
"Bila hal itu dilakukan, maka akan mengurangi jumlah virus rabies secara cukup bermakna. Jadi, kalau jumlah virus rabies berkurang, otomatis derajat beratnya penyakit juga akan berkurang," jelasnya.
Pencegahan terinfeksi virus rabies bisa dilakukan dengan mengurangi faktor-faktor risiko pada manusia dan hewan peliharaan.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.