Sementara penularan non-gigitan, kata Novie, bisa melalui jilatan pada kulit yang terbuka.
"Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia akan mulai melakukan replikasi di jaringan otot sekitar lokasi gigitan, naik ke otak, berkembang biak, kemudian menjalari seluruh organ tubuh," jelasnya, dikutip dari Antara.
Kendati demikian, penderita tidak langsung menunjukkan gejala rabies yang khas. Gejala penyakit baru muncul selang 2 minggu sampai 2 tahun.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai penularan penyakit rabies mengacu pada masa inkubasi virus tersebut pada tubuh manusia.
Setelah masa inkubasi, orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala-gejala yang berkembang secara bertahap, dimulai dengan gejala awal yang mirip flu, lalu berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah.
Berikut gejala rabies pada manusia:
Jika gejala tersebut tidak mendapatkan penanganan medis, maka lama-lama akan timbul gejala seperti hidrophobia, takut air atau udara, dan cahaya.
Baca Juga: Marak Kasus Rabies, Dinkes Siapkan Rabies Center untuk Antisipasi
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI Novie Homenta menyebut ada sejumlah cara yang dapat dilakukan orang tua dalam penganan awal terhadap anak yang diduga tertular rabies.
Bila seseorang terkena gigitan yang terindikasi virus rabies, maka jangan panik dan segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit.
Kemudian melapor ke Puskesmas, rumah sakit, atau Rabies Center, guna mendapatkan penanganan medis yang lebih cermat seperti pemberian vaksin atau serum anti-rabies.
"Bila hal itu dilakukan, maka akan mengurangi jumlah virus rabies secara cukup bermakna. Jadi, kalau jumlah virus rabies berkurang, otomatis derajat beratnya penyakit juga akan berkurang," jelasnya.
Pencegahan terinfeksi virus rabies bisa dilakukan dengan mengurangi faktor-faktor risiko pada manusia dan hewan peliharaan.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.