JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada awal Juni 2023 lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan ada 11 kasus kematian yang disebabkan oleh rabies.
Hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies.
“95% kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi 95% karena gigitan anjing,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi, MPHM pada Jumat (2/6/2023) lalu.
Sebagai informasi, rabies adalah virus mematikan yang menyebar ke manusia dari air liur hewan yang terinfeksi. Virus rabies biasanya ditularkan melalui gigitan.
Setelah seseorang mulai menunjukkan gejala rabies, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal. Oleh karena itu, siapa saja yang terpapar hewan terinfeksi rabies harus menerima vaksin rabies.
Baca Juga: Apa Itu Rabies? Virus yang Bikin Bocah 5 Tahun di Bali Tewas Usai Digigit Anjing Perliharaannya
Melansir sumbarprov.go.id, Sabtu (17/6/2023), gejala rabies pada manusia mungkin sangat mirip dengan flu dan bisa berlangsung selama berhari-hari. Ciri ciri rabies pada manusia mungkin termasuk:
1. Demam
2. Otot melemah
3. Kesemutan atau merasa terbakar di area gigitan
4. Sakit atau nyeri kepala
5. Demam
6. Mual dan muntah
7. Merasa gelisah
8. Bingung atau terancam tanpa ada penyebab
9. Hiperaktif
10. Halusinasi
11. Insomnia
12. Gangguan tidur
13. Kesulitan menelan ketika makan atau minum
14. Produksi air liur berlebih.
Baca Juga: Jadi KLB, Kasus Rabies di Sikka NTT Meluas Hingga 12 Kecamatan!
Setiap mamalia (binatang menyusui) dapat menularkan virus rabies. Hewan-hewan paling mungkin untuk menularkan virus rabies kepada orang-orang dari hewan peliharaan dan hewan ternak meliputi:
Berikut gejala rabies pada hewan:
1. Tipe ganas
2. Tipe Jinak (dumb)
Umumnya stadium ini muncul setelah stadium paralisis, anjing ini terlihat diam, berpenampilan tenang namun akan ganas kalau didekati.
Hewan yang sudah stadium akhir rabies biasanya ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang, dan diikuti oleh kematian.
Pada rabies asimtomatik hewan tidak memperlihatkan gejala sakit namun tiba-tiba mati.
Sebagian besar kematian akibat rabies disebabkan karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes).
Mereka merasa hanya gigitan kecil dan tidak berdarah, sehingga mereka datang ke Faskes sudah pada kondisi parah, seringnya itu di atas 1 bulan setelah digigit.
Padahal, jika pasien sudah menunjukkan gejala rabies, artinya virusnya sudah menyebar ke seluruh tubuh dan risiko kematian sangat besar.
Sebagai langkah pertolongan pertama, jika seseorang digigit hewan penular rabies seperti anjing, maka harus secepatnya cuci luka gigitan dengan sabun/detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian beri antiseptik dan sejenisnya.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Perlunya Gerakan Massal Pemberian Vaksin Rabies ke Anjing
Langkah selanjutnya adalah bawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.
Pencegahan terinfeksi virus rabies bisa dilakukan dengan mengurangi faktor-faktor risiko pada manusia dan hewan peliharaan.
1. Melakukan vaksinasi rabies pada hewan peliharaan.
2. Mendapatkan vaksin rabies untuk diri sendiri.
3. Menjaga kontak dari hewan yang berpotensi memiliki virus rabies.
4. Menjaga hewan peliharaan agar tidak berinteraksi dengan hewan liar atau asing.
5. Melaporkan ke petugas kesehatan apabila menemui seseorang atau hewan yang mempunyai gejala rabies.
6. Cegah hewan-hewan lain yang berpotensi menyebarkan rabies masuk kedalam rumah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.