JAKARTA, KOMPAS.TV - Setiap tanggal 8 Juni diperingati sebagai Hari Tumor Otak Sedunia atau World Brain Tumor Day sebagai upaya untuk memberikan sosialisasi bagaimana mencegah penyakit ini.
Selain itu, dengan peringatan ini, diharapkan masyarakat lebih meningkatkan kepedulian dan mendoakan mereka yang sedang menjalani perawatan tumor otak.
Di Hari Tumor Otak Sedunia 2023 pada Kamis (8/6/2023) ini, tidak ada salahnya untuk menambah pengetahuan mengenai gejala dan penyebab tumor otak.
Sebelum itu, berikut sejarah Hari Tumor Otak Sedunia diperingati pada 8 Juni setiap tahunnya.
Mengutip National Today, di dunia kedokteran, sinar-X baru ditemukan pada tahun 1895, ahli bedah saraf pun mulai menggunakannya untuk mendeteksi dan mendiagnosis tumor otak.
Seorang ahli bedah saraf Jerman bernama Fedor Krause menggunakan sinar-x untuk mendeteksi tumor otak.
Kemudian pada 1954, untuk pertama kalinya metode noninvasif untuk mendeteksi tumor otak diperkenalkan dengan menggunakan pemindai nuklir.
Baca Juga: 3 Penyebab Tumor Otak Seperti yang Dialami Ifan Seventeen, Apa Bisa Disembuhkan?
Beberapa dekade kemudian Sir Godfrey N Hounsfield menciptakan CT scan. Pada 1971, CT scan dipasang di London, Inggris, dan kemudian di Amerika Serikat. Pada 1975, CT scan diperkenalkan ke seluruh dunia.
Pada tahun 1971, Raymond V Damadian melaporkan bahwa resonansi magnetik nuklir, juga disebut MR, dapat membedakan jaringan normal dari jaringan tumor.
Pada tahun 1973, Paul C Lauterbur melakukan uji coba tikus pertama menggunakan Pencitraan MR, dan dalam beberapa tahun, gambar MR manusia pertama berhasil dibuat. Lauterbur memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 2003 untuk penemuannya.
Hari Tumor Otak pertama kali diinisiasi oleh organisasi nirlaba yang berbasis di Leipzig, Asosiasi Tumor Otak Jerman pada 2000. Semenjak saat itu, tiap 8 Juni diperingati sebagai Hari Tumor Otak Sedunia.
Berdasarkan keterangan di laman Siloam Hospital, tumor otak adalah kondisi yang terjadi akibat pertumbuhan jaringan atau sel-sel abnormal di area otak. Sel-sel abnormal tersebut tumbuh secara tidak wajar dan tak terkendali.
Tumor otak dapat muncul dari jaringan otak itu sendiri atau disebabkan oleh penyebaran sel tumor dari bagian tubuh lain.
Penderita tumor otak memiliki peluang besar untuk sembuh apabila tumor ini ditemukan lebih dini atau saat masih dalam stadium awal. Tumor yang sifatnya jinak (stadium I) dapat disembuhkan dengan operasi pengangkatan tumor seluruhnya.
Gejala tumor otak pada setiap orang bisa saja berbeda, hal ini tergantung dari ukuran, lokasi, dan kecepatan pertumbuhannya (ganas atau jinak). Namun secara umum, beberapa gejala awal tumor otak adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Gejala Tumor Otak yang Tidak Boleh Diabaikan Selain Sakit Kepala
Tumbuhnya tumor otak disebabkan oleh perubahan atau mutasi genetik di dalam sel otak. Penyebab perubahan genetik ini masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena tumor otak, yaitu:
Orang yang telah terpapar jenis radiasi yang kuat memiliki peningkatan risiko tumor otak. Radiasi kuat ini disebut radiasi pengion.
Radiasinya cukup kuat untuk menyebabkan perubahan DNA pada sel-sel tubuh sehingga dapat memicu tumor atau kanker.
Contoh radiasi pengion termasuk terapi radiasi yang digunakan untuk mengobati kanker dan paparan radiasi yang disebabkan oleh bom atom.
Tingkat radiasi yang rendah termasuk energi yang berasal dari ponsel dan gelombang radio. Namun, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa penggunaan ponsel menyebabkan tumor otak.
Beberapa perubahan DNA yang meningkatkan risiko tumor otak terjadi dalam keluarga. Contohnya termasuk perubahan DNA yang menyebabkan neurofibromatosis 1 dan 2, tuberous sclerosis, sindrom Lynch, dan sindrom Li-Fraumeni.
Paparan pelarut, pestisida, produk minyak, karet, dan vinil klorida dapat meningkatkan risiko terkena tumor otak. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait hal ini.
Energi dari saluran listrik atau penggunaan ponsel ternyata berpengaruh pada peningkatan faktor risiko tumor otak pada anak-anak. Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau agar anak-anak membatasi penggunaan ponsel.
Penelitian tentang diet dan suplementasi vitamin menunjukkan bahwa senyawa N-nitroso dapat meningkatkan risiko tumor otak pada anak dan dewasa.
Senyawa N-nitroso biasanya ditemukan di pada daging yang diawetkan, asap rokok, dan kosmetik. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan senyawa N-nitroso dengan peningkatan risiko tumor otak.
Sumber : Siloam Hospital/Kompas.com/National Today
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.