Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
Tentang demit, makhluk halus itu ada pula dalam kisah pewayangan. Misalnya, dalam Kakawin Sena, diceritakan tentang nama-nama mahluk halus Jawa seperti dhengen, kekeblek, wewe, banaspati, gandarwa dan sebagainya.
Makhluk- makhluk seperti inilah yang menjadi penghalang langkah Bima menemukan arti kehidupan sejati. Epos Kekawin Sena menceritakan kisah tentang perjalanan suci tokoh Bima untuk menemukan arti kesempurnaan hidup.
Kisah lain yakni tentang tokoh Batari Durga, yang semula adalah Dewi Umayi istri Batara Guru.
Batari Durga dititahkan menjadi istri Betara Kala. Ia memperoleh pekerjaan merajai beberapa gandarwa, setan serta makhluk halus yang jahat yang lain. Perkawinannya dengan Batara Kala, menurunkan Kala Yawana, Kala Durgangsa, Jaramaya, Ranumaya serta ada banyak lagi putra-putra yang lain.
Watak Batari Durga benar-benar jahat lantaran ia mengemban pekerjaan menggoda orang yang baik budi. Batari Durga bertakhta di Setragandamayit, yang bermakna tempat pengasingan berbau mayat. Durga berupa raksasa, bermata iblis.
Namun, meskipun kerap dilukiskan jahat, bengis, serta menakutkan, sebagian sekte agama di India, terlebih di lokasi utara, memujanya sebagai dewi pelindung. Mereka yakin Durga yaitu Dewi Penolong untuk orang yang tengah terkena musibah atau mungkin menanggung derita lantaran satu perlakuan yg tidak adil.
Hingga kini, manusia mempercayai bahwa di luar dirinya ada makhluk-makhluk halus, gaib, yang tidak tampak oleh mata telanjang. Dunia semacam ini, bisa jadi menjadi nyata dengan penampakan gejalanya seperti lewat jailangkung, nini thowong, tenung, kesurupan, ajian-ajian seperti kekebalan dan sebagainya.
Bahkan, dunia makhluk halus itu juga melahirkan kreativitas. Misalnya, dengan adanya banyak film horor yang kini menjadi salah satu genre film yang populer dan diminati para penikmat film di seluruh dunia.
Film seperti ini menyajikan sensasi yang berbeda. alur ceritanya pun beragam mulai dari kisah hantu/setan, ilmu sihir/mistis, boneka misterius, dan berbagai macam alur cerita lain yang tentunya membuat anda menahan nafas.
Di Indonesia, misalnya, ada Pengabdi Setan, Titisan Setan, Keramat, Pogong, Sundel Bolong dan sebagainya. Dari Hollywood pun muncul, misalnya, The Ring, Paranormal Activity, The Grudge, dan The Amityville Horror
Salah satu bukti bahwa manusia mempercayai bahwa di luar dirinya ada makhluk halus antara lain dengan adanya kalimat dhemit ora dhulit, setan ora doyan.
Baca Juga : Kumpulan tulisan Trias Kuncahyono
Kalimat atau mantra tersebut bisa dikatakan sebagai ungkapan harapan agar manusia yang hidup di dunia ini hendaknya terhindar dari gangguan makhluk-makhluk halus, seperti dhemit dan juga serta (nafsu-nafsu jahat, nafsu angkara murka, keserahakan (kekayaan dan juga kekuasaan) yang menjadi sifat-sifat dhemit.
Harapan seperti itu, penting. Sebab, menurut budayawan dan rohaniwan Sindunata, manusia tidak hidup hanya dalam dunia yang terang, tetapi juga dunia yang gelap.
Kegelapan itu sering tidak bisa diraba tetapi selalu mendikte manusia, entah dalam perbuatan menuruti baik itu hawa nafsu, kejahatan, maupun keserakahan dalam berbagai hal, yang belakangan ini semakin kentara dan mencolok mata. Misalnya, sikap intoleran, korupsi, juga kejahatan-kejahatan lewat dunia maya dengan menyerbarkan berita bohong, hoaks, dan kebencian, serta sikap-sikap dan tingakan bertanggung jawab lainnya yang merugikan orang lain.
Perilaku kejahatan, nandur demit itu, dapat dapat dilakukan oleh orang-orang dari berbagai status dan kelas sosial dari yang rendah hingga yang tinggi, berkaitan dengan pekerjaannya ataupun dilakukan secara berkelompok, seperti halnya organisasi, tanpa memedulikan kepentingan bersama.
Semua itu adalah tindakan nandur demit, di zaman kini . Karena yang ditandur (ditanam) demit, maka buahnya pun demit dan berperilaku seperti demit, yakni menghilang, tanpa meninggalkan jejak, misalnya karena tersangkut kasus korupsi.
“Bapak turun di Klaten ya,” katanya ketika tak terasa kereta sudah sampai dan berhenti di Stasiun Klaten pukul 09.44. Kami pun bersalaman. “Jangan nandur demit, Pak. Sudah terlalu banyak demit,” katanya lagi disusul tawa berderai.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.