BEIRUT, KOMPAS.TV — Pasukan Israel kembali menembaki pengunjuk rasa di Lebanon, Senin (27/1/2025). Dua orang tewas dalam peristiwa ini, sedangkan 17 orang lainnya terluka.
Penembakan itu terjadi hanya satu hari setelah 24 orang tewas dan lebih dari 130 orang lainnya terluka, ketika pasukan Israel menembaki pengunjuk rasa yang mencoba menerobos blokade jalan yang didirikan di sepanjang perbatasan.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) pada tanggal 27 November 2024, pasukan Israel harus mundur dari Lebanon selatan. Sedangkan Hizbullah harus bergerak ke utara Sungai Litani paling lambat tanggal 26 Januari 2025.
Saat ini, tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan di beberapa desa sebelum batas waktu. Sementara itu tentara Israel masih tetap berada di lebih dari selusin desa di Lebanon.
Amerika Serikat dan Lebanon kemudian mengumumkan pada Minggu (26/1) lalu terkait batas waktu untuk memenuhi persyaratan gencatan senjata telah diperpanjang hingga 18 Februari mendatang.
Baca Juga: Militer Israel Tembaki Pengunjuk Rasa di Lebanon, 22 Orang Tewas
Dalam pidato yang direkam sebelumnya yang disiarkan Senin (27/1), pemimpin Hizbullah Naim Kassem mengatakan kelompoknya tidak akan menerima perpanjangan batas waktu gencatan senjata. Namun pidato ini tidak menjelaskan fakta bahwa pemerintah Lebanon memperpanjang syarat gencatan senjata.
"Israel harus mundur karena 60 hari telah berakhir," kata Kassem.
"Kami tidak akan menerima alasan apa pun untuk memperpanjang satu detik atau satu hari pun."
"Setiap penundaan dalam penarikan pasukan adalah tanggung jawab Perserikatan Bangsa-Bangsa, AS, Prancis, dan Israel," tambahnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Kassem juga mengatakan kelompoknya tidak melanggar persyaratan gencatan senjata dan mengakui bahwa mereka mempertimbangkan untuk membalas serangan udara Israel tetapi telah dinasihati oleh otoritas Lebanon untuk tidak melakukannya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.