Pada 1 Oktober, Israel juga melancarkan invasi darat ke Lebanon selatan, yang pertama kali dilakukan sejak 2006.
Berdasarkan data resmi Israel, sedikitnya 63 orang telah tewas sejak eskalasi konflik dengan Hizbullah dimulai pada Oktober tahun lalu.
Serangan roket pada Kamis (31/10/2024) lalu di Metula, Israel utara, juga menewaskan tujuh orang, termasuk empat petani asal Thailand.
Baca Juga: AS Kembali Upayakan Gencatan Senjata Israel-Hizbullah, Lebanon Hati-Hati
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa konflik ini telah menyebabkan lebih dari 2.897 orang tewas dan 13.150 orang terluka di Lebanon sejak Oktober 2023.
Pihak kesehatan Lebanon juga mengungkapkan bahwa sekitar seperempat korban adalah perempuan dan anak-anak.
Selain itu, badan-badan PBB memperkirakan sekitar 1,4 juta orang telah mengungsi akibat invasi darat dan serangan udara Israel di Lebanon.
Sementara itu, sekitar 60.000 warga Israel yang tinggal di dekat perbatasan dengan Lebanon juga terpaksa mengungsi akibat konflik yang terus berkepanjangan ini.
Dalam situasi yang terus memburuk ini, pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan (UNIFIL) menegaskan bahwa mereka akan tetap berada di wilayah tersebut.
Kepala penjaga perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, mengatakan bahwa UNIFIL berkomitmen untuk menjalankan mandatnya di perbatasan meskipun sempat diminta Israel untuk mundur 5 kilometer demi keselamatan mereka.
“Penjaga perdamaian UNIFIL akan tetap di sana. Mereka berkomitmen menjalankan tugas mereka dan berusaha menjaga netralitas serta menghindari pengambilalihan fasilitas PBB oleh salah satu pihak yang bertikai,” ujar Lacroix dalam wawancara di PBB pada Jumat.
Baca Juga: Pemimpin Baru Hizbullah: Perang dengan Israel Berlanjut hingga Gencatan Senjata Layak Tercapai
Sumber : The National
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.