Pada Maret 2024, Uni Eropa membentuk Dana Bantuan Ukraina sebesar 5 miliar euro (Rp83 triliun), sehingga dukungan finansialnya mencapai 11,1 miliar euro (Rp184 triliun), selain dana dari masing-masing negara anggota yang melebihi 43,5 miliar euro (sekitar Rp721 triliun).
Uni Eropa juga mendirikan Misi Bantuan Militer Uni Eropa untuk Ukraina (EUMAM Ukraine) pada Oktober 2022 yang telah melatih lebih dari 50.000 tentara Ukraina.
Adapun NATO, sejak Februari 2022, telah mengoordinasikan pengiriman senjata dari negara-negara anggota dan mitra ke Kiev, yang menyumbang 99 persen dari dukungan militer untuk Ukraina.
Pada 2024, para anggota dan sekutu NATO sepakat mengucurkan 40 miliar euro (Rp662 triliun) untuk Kiev pada 2025.
Aliansi tersebut juga mendirikan Misi Bantuan Keamanan dan Pelatihan NATO untuk Ukraina (NSATU) dan terus mendukung penyesuaian struktur militer serta melengkapi tentara Ukraina sesuai standar NATO.
Sejak April 2022, para menteri pertahanan dari lebih dari 40 negara anggota dan non-anggota NATO juga bertemu di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman.
Pertemuan yang dinamakan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina atau Ramstein Club ini bertujuan untuk mempercepat proses Ukraina mendapatkan senjata, meningkatkan logistik, serta memastikan koordinasi.
Saat ini lebih dari 50 negara berpartisipasi dalam pertemuan rutin Ramstein.
Rincian Bantuan Militer oleh Negara Pendonor Utama
Total bantuan militer Barat untuk Kiev hingga Agustus 2024 mencapai USD123,5 miliar atau sekitar Rp1.943 triliun, menurut Institut Kiel.
Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Denmark, Belanda, dan Swedia tercatat sebagai pemberi bantuan terbesar.
Amerika Serikat: Bantuan militer AS mencapai USD64,1 miliar (Rp1.038 triliun) sejak 2014. Washington telah mengirim lebih dari 70 paket bantuan militer, termasuk HIMARS, Patriot, NASAMS, Bradley, dan tank Abrams.
Jerman: Donor terbesar kedua setelah AS dengan 28 miliar euro (Rp463 triliun). Jerman memasok tank Leopard 1 dan 2, MARS II, serta sistem pertahanan udara Patriot dan Iris-T.
Inggris: Menyediakan rudal Storm Shadow, tank Challenger 2, dan howitzer AS90. Total bantuan Inggris hingga Oktober 2024 mencapai 7,8 miliar poundsterling (Rp148 triliun).
Denmark: Memberikan 7 miliar euro (Rp115 triliun) sejak 2022, termasuk jet tempur F-16.
Belanda: Mengalokasikan hampir 4 miliar euro (Rp66 triliun) dengan rencana tambahan, termasuk bantuan radar dan jet F-16.
Swedia: Bantuan militer mencapai 48,4 miliar kronor (Rp69 triliun), termasuk tank Leopard 2, peluncur granat, dan sistem anti-udara.
Selain negara-negara pendonor utama, sejumlah negara lainnya juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk bantuan militer kepada Ukraina:
Prancis: Secara bertahap meningkatkan bantuan senjata sejak 2014, dengan nilai mencapai 1,6 miliar euro hingga 2021. Selanjutnya, pada 2022-2023, bantuan meningkat hingga 3,8 miliar euro (Rp63 triliun) yang mencakup artileri Caesar, misil Mistral, SAM Crotale, dan tank ringan AMX-10RC. Pada Juni 2024, Prancis merencanakan penyerahan jet Mirage 2000-5 kepada Ukraina yang akan dimulai pada 2025.
Kanada: Mengirimkan sekitar 30 paket bantuan militer dengan nilai mencapai USD3,23 miliar (Rp52 triliun). Bantuan mencakup howitzer M777, rudal udara-ke-udara, SAM NASAMS, tank Leopard 2, dan kendaraan lapis baja. Selain itu, sejak 2015, militer Kanada melatih lebih dari 41.000 personel Ukraina.
Polandia: Memasok mortir, kendaraan lapis baja, dan senjata besar sejak 2016. Setelah operasi militer khusus Rusia dimulai, Polandia meningkatkan bantuan dengan mengirim pesawat MiG-29, tank T-72 dan Leopard 2, serta sistem Starlink.
Finlandia: Hingga Oktober 2024, Finlandia telah mengirimkan 25 paket bantuan militer senilai sekitar 2,3 miliar euro (Rp38 triliun).
Italia: Pada Februari 2022, Italia memutuskan memberikan bantuan militer, yang termasuk senjata anti-tank, sistem pertahanan udara jarak pendek, serta mortir dan amunisi. Bantuan ini ditaksir mencapai 1,5 miliar euro (Rp25 triliun) menurut berbagai media Eropa.
Pada 31 Oktober 2024, Dewan Keamanan PBB akan menggelar sidang untuk mempertimbangkan masalah pasokan senjata Barat ke Ukraina atas permintaan Rusia.
Sidang ini diprediksi membahas dampak dari dukungan militer Barat terhadap konflik yang berlangsung.