Pada usia 40 tahun, Hello Kitty membawa kejutan besar. Sanrio mengklarifikasi kepada seorang kurator museum di Los Angeles bahwa Kitty, meskipun memiliki fitur mirip kucing, adalah seorang anak perempuan. Hal ini memicu perdebatan online mengenai apa yang sebenarnya membuat seseorang atau sesuatu dianggap manusia.
Baca Juga: Bakar Studio Anime di Kyoto hingga 36 Orang Tewas, Pelaku Dijatuhi Hukuman Mati
Fenomena "Kawaii"
Sebagian dari kebingungan terkait Hello Kitty berakar pada pemahaman “kawaii,” yang dalam bahasa Jepang berarti “imut” namun juga mengandung makna sebagai sosok yang lovable atau menggemaskan.
Sanrio mengajak Shimizu dan ilustrator lainnya untuk menciptakan karakter "kawaii" pada saat gaya feminin yang imut sedang populer di Jepang. Dalam masyarakat Jepang, istilah “kawaii” digunakan untuk banyak hal, bukan hanya anak-anak atau hewan peliharaan.
Paham "kawaii" inilah yang mungkin menjelaskan mengapa Hello Kitty tetap menarik lintas generasi dan budaya. Bahkan Raja Charles dari Inggris turut merayakan ulang tahun ke-50 Hello Kitty saat ia menjamu Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako di Istana Buckingham pada bulan Juni.
“Hello Kitty, objek budaya ini, memiliki sesuatu untuk disampaikan tentang sejarah perempuan di Asia Timur, bagaimana mereka memodernisasi diri dan menjadi warga profesional dalam masyarakat modern,” ujar Cheng, sejarawan seni Universitas Oregon.
Baca Juga: Noriko Ohara, Pengisi Suara Nobita di Kartun Doraemon Meninggal Dunia pada Usia 88 Tahun
Simbol Kekuatan dan Keberanian
Meskipun Hello Kitty sering dianggap mewakili stereotip perempuan yang pasif, fakta bahwa tiga perempuan telah menjadi desainer utama karakter ini di Sanrio menceritakan sisi lain. Yuko Yamaguchi, desainer utama sejak 1980, dikenal berhasil membuat Hello Kitty tetap relevan sepanjang waktu, menambahkan elemen modern tanpa menghilangkan pita di telinga kirinya.
Menurut Leslie Bow, profesor studi Asia-Amerika di Universitas Wisconsin-Madison, bagi banyak perempuan Asia dan Asia-Amerika, Hello Kitty adalah simbol keberanian. "Kita menjaga saudara, anak, dan hewan peliharaan karena kita memiliki kontrol. Jadi, ada sisi gelap dari keimutan ini," jelas Bow.
Sanrio memanfaatkan fleksibilitas karakter ini dengan membebaskan penggunaannya selama ada biaya lisensi. Hello Kitty telah menjadi inspirasi berbagai produk mulai dari kafe bertema hingga aplikasi realitas tertambah (AR) yang menunjukkan Kitty menari di landmark terkenal seperti Menara Eiffel atau Big Ben di London. Bahkan, Hello Kitty juga muncul di produk-produk tak terduga seperti senjata dan alat dewasa.
Pada sebuah presentasi di Seoul awal tahun ini, Yamaguchi menyampaikan keinginannya yang belum tercapai untuk menciptakan “Hello Kitty yang bisa dicintai oleh laki-laki.” “Saya yakin hari itu akan tiba, saat laki-laki tidak lagi malu membawa Hello Kitty," ujar Yamaguchi kepada situs berita hiburan Content Asia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.