FRANKFURT, KOMPAS.TV — Uni Eropa atau UE baru saja menetapkan tarif bea masuk lebih tinggi untuk mobil listrik atau EV (Electric Vehicle) yang diimpor dari China. Langkah ini muncul sebagai bagian dari ketegangan perdagangan yang lebih besar antara UE dan China terkait tuduhan Barat soal subsidi pemerintah China untuk produk teknologi hijau.
Tarif ini awalnya diberlakukan sementara sejak Juli, dan kini resmi ditetapkan setelah negosiasi antara UE dan China gagal mencapai kesepakatan. Namun, UE berencana untuk terus bernegosiasi dan bisa mencabut tarif jika kesepakatan tercapai, seperti laporan Associated Press, Rabu (30/10/2024).
Langkah UE dalam Tarif Mobil Listrik China
Uni Eropa, melalui Komisi Eropa, melakukan investigasi selama delapan bulan dan mengeklaim bahwa produsen mobil listrik di China menerima bantuan besar-besaran dari pemerintah. Ini memungkinkan mereka menjual produk dengan harga lebih rendah, menguasai pasar, dan mengancam lapangan kerja di Eropa.
Besaran tarif bervariasi tergantung produsen: 17% untuk BYD, 18,8% untuk Geely, dan 35,3% untuk perusahaan milik negara SAIC. Produsen EV lain di China, termasuk Volkswagen dan BMW, akan dikenai tarif 20,7%, sementara Tesla dikenakan tarif khusus sebesar 7,8%. Tarif ini akan berlaku selama lima tahun, kecuali ada solusi damai yang dicapai.
Baca Juga: Elon Musk Sebut China Jadi Pesaing Terbesar Tesla di Sektor Pembuatan Mobil Listrik
Alasan Uni Eropa Menerapkan Kebijakan Tarif
Dalam tiga tahun terakhir, mobil listrik buatan China melonjak dari menguasai 3,9% pasar di Eropa pada 2020 menjadi 25% pada September 2023. Komisi Eropa menyebut pertumbuhan ini dipicu oleh subsidi yang diberikan China, mulai dari ketersediaan lahan murah, harga lithium yang ditekan, hingga pembiayaan bunga rendah.
Peningkatan pangsa pasar ini memicu kekhawatiran UE. Jika dominasi ini berlanjut, hal itu bisa merugikan industri hijau lokal dan mempengaruhi lebih dari 10 juta pekerjaan yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan produksi kendaraan listrik.
Uni Eropa pernah mengalami hal serupa dengan produk panel surya China yang menghancurkan industri lokal Eropa. Pengalaman ini membuat Eropa enggan melihat hal yang sama terulang pada industri otomotif.
Uniknya, Komisi Eropa bertindak tanpa tekanan dari industri otomotif Eropa. Faktanya, industri otomotif Jerman yang menjadi rumah bagi BMW, Volkswagen, dan Mercedes-Benz, justru menentang tarif ini karena sebagian besar mobil yang terkena tarif adalah buatan perusahaan Eropa yang diproduksi di China. Kekhawatiran lain adalah pembalasan dari China terhadap produk otomotif Eropa.
Baca Juga: Kebijakan Ekonomi China: Peluang Munculnya Stimulus dan Tantangan Pemulihan Ekonomi
Tanggapan China
Pemerintah China mengkritik keras investigasi dan tarif tinggi ini sebagai bentuk proteksionisme yang tidak adil. Kementerian Perdagangan China juga meluncurkan investigasi anti-dumping terhadap brandy dan daging babi Eropa serta subsidi pada produk susu. Beberapa pekan lalu, China menetapkan tarif 30,6%-39% pada brandy asal Prancis dan negara-negara Eropa lainnya, sebagai respons atas tarif EV yang disahkan UE.
Selain itu, China juga mempertimbangkan kenaikan tarif pada mobil bermesin bensin besar dari Eropa. Sejumlah pembicaraan telah dilakukan, termasuk kemungkinan "komitmen harga", di mana produsen setuju untuk menjual EV di Eropa dengan harga minimum tertentu.
Beberapa produsen mobil China bahkan mulai membangun pabrik di Eropa untuk menghindari tarif dan lebih dekat dengan pasar. BYD membangun pabrik di Hongaria, sementara Chery bekerja sama dengan perusahaan lokal di Spanyol.
Perbandingan dengan Tarif yang diterapkan AS atas Mobil Listrik atau EV China
Pemerintah AS juga menaikkan tarif EV China hingga 100%, dari tarif sebelumnya sebesar 25%. Berbeda dengan Uni Eropa, AS lebih bertujuan untuk memblokir masuknya mobil listrik China secara keseluruhan.
Uni Eropa masih ingin mempertahankan akses ke mobil listrik murah dari luar negeri demi mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 55% pada 2030. Namun, subsidi yang diberikan China dianggap tidak adil, sehingga tarif ini ditujukan untuk menyeimbangkan persaingan pasar.
Baca Juga: Kapal Pengangkut 3.000 Mobil Listrik Terbakar di Lepas Pantai Belanda, Seorang Kru Tewas
Dampak untuk Konsumen dan Produsen Mobil Eropa
Pengaruh tarif ini pada harga mobil masih belum jelas. Produsen mobil China dapat menanggung biaya tarif dengan menurunkan margin keuntungan tanpa menaikkan harga.
BYD, misalnya, masih bisa meraup untung di Eropa walaupun terkena tarif 30%. Di China, model BYD Seal U Comfort dijual sekitar Rp367 juta, tetapi di Eropa harganya melonjak hingga Rp761 juta. Model kompak BYD Seagull yang akan hadir di Eropa tahun depan dijual sekitar Rp154 juta di China.
Sementara konsumen Eropa mungkin akan diuntungkan dengan harga murah dalam jangka pendek, Komisi Eropa berargumen bahwa persaingan tidak adil bisa mengurangi pilihan dan meningkatkan harga dalam jangka panjang.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.