Kompas TV internasional kompas dunia

Usai Disebut Kirim Tentara, Kini Korea Utara Utus Menlunya ke Rusia

Kompas.tv - 30 Oktober 2024, 00:57 WIB
usai-disebut-kirim-tentara-kini-korea-utara-utus-menlunya-ke-rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tersenyum selama pertemuan mereka di Bandara Internasional Sunan di luar Pyongyang, Korea Utara, pada 19 Juni 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Edy A. Putra

PYONGYANG, KOMPAS.TV - Korea Utara, Selasa (29/10/2024), menyatakan diplomat tertingginya mengunjungi Rusia. Kunjungan Menteri Luar Negeri Korea Utara ke Rusia ini merupakan sinyal hubungan kedua negara yang semakin erat.

Sebelumnya Korea Selatan dan negara-negara Barat mengatakan Korea Utara sudah mengirim ribuan tentara untuk mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.

Kantor Berita Pusat Korea Utara mengatakan delegasi yang dipimpin Menteri Luar Negeri Choe Son Hui berangkat ke Rusia pada Senin (28/10/2024), tetapi tidak menyebutkan tujuan kunjungan tersebut. 

Menurut Lee Seong-kweun, seorang anggota parlemen Korea Selatan, dalam sidang tertutup di parlemen, badan mata-mata Korea Selatan mengatakan Choe mungkin terlibat dalam diskusi tingkat tinggi tentang pengiriman pasukan tambahan ke Rusia dan merundingkan apa yang akan diperoleh Korea Utara sebagai balasannya.

Pengumuman kunjungan Choe datang beberapa jam setelah Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon mengatakan Korea Utara telah mengirim sekitar 10.000 tentara ke Rusia, yang diperkirakan akan tiba di medan perang di Ukraina dalam beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Khawatir Ada Operasi Pembunuhan Kim Jon-un, Korea Utara Disebut Perketat Keamanan Presiden

Pemimpin Korea Selatan dan negara-negara Barat telah menyatakan kekhawatiran bahwa keterlibatan Korea Utara dapat membantu memperpanjang agresi Rusia di Ukraina.

Mereka juga mengkhawatirkan kemungkinan Rusia akan menawarkan teknologi perang sebagai balasan atas pengiriman pasukan, yang dapat meningkatkan ancaman dari program senjata nuklir dan rudal Korea Utara.

Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, mengatakan beberapa tentara Korea Utara telah bergerak mendekati Ukraina dan diyakini sedang menuju wilayah Kursk di perbatasan, tempat Rusia berjuang untuk memukul mundur serangan Ukraina.

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan mengatakan kepada anggota parlemen bahwa mereka sedang memeriksa kemungkinan beberapa kelompok personel militer Korea Utara di Rusia, termasuk jenderal atau pejabat tinggi lainnya, telah pindah ke garis depan. 

“Badan mata-mata itu juga mengatakan kedua belah pihak tampaknya berjuang untuk menyelesaikan masalah komunikasi, karena saat ini militer Rusia sedang melatih pasukan Korea Utara tentang terminologi militer Rusia,” kata Lee, seperti dikutip dari The Associated Press.

“Badan itu mengatakan pengintaian berbasis ruang angkasa adalah area di mana Korea Utara berkemungkinan akan menerima bantuan Rusia. Dikatakan bahwa Korea Utara mungkin memperoleh komponen canggih dari Rusia saat bersiap meluncurkan satelit pengintaian militer lainnya setelah upaya yang gagal pada bulan Mei,” kata Park Sun-won, anggota parlemen lain yang menghadiri sidang tersebut.

Korea Utara pertama kali menempatkan satelit mata-mata di orbit pada November lalu. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menggambarkan aset tersebut sebagai hal yang penting untuk memantau aktivitas militer Korea Selatan dan AS serta meningkatkan ancaman rudal berkemampuan nuklirnya.

Baca Juga: Tak Hanya Prajurit, Korea Utara Disebut Turut Kirimkan Jenderal untuk Bantu Rusia Perangi Ukraina

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam hubungan telepon dengan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte pada Senin (28/10/2024), menyampaikan penilaian intelijen Korea Selatan bahwa pasukan Korea Utara dapat dikerahkan ke medan perang lebih cepat dari yang diperkirakan.

Korea Utara juga dituduh menyediakan jutaan peluru artileri dan peralatan militer lainnya ke Rusia untuk membiayai perang di Ukraina.

AS dan mitra-mitranya telah menggambarkan pengadaan personel dan perlengkapan Korea Utara oleh Rusia sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB.

Itu juga menimbulkan kecurigaan bahwa Moskow membantu Pyongyang untuk menghindari sanksi dan secara tidak sah membiayai program persenjataannya.


 




Sumber : The Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x