SEOUL, KOMPAS.TV - Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) melaporkan bahwa rezim Kim Jong-un turut mengirimkan sejumlah jenderal untuk membantu Rusia menginvasi Ukraina. Para jenderal dan prajurit Korea Utara dilaporkan kemungkinan sudah diterjunkan ke medan pertempuran.
NIS melaporkan perkembangan terbaru keterlibatan militer Korea Utara di Rusia tersebut dalam rapat tertutup bersama parlemen, Selasa (29/10/2024).
Dua anggota parlemen yang mengikuti rapat itu, Lee Seoung-kweun dan Park Sun-won menyebut NIS menduga kuat bahwa perwira tinggi Korut ikut terjun ke Ukraina.
Baca Juga: NATO Ungkap Putin Putus Asa, Pengiriman Tentara Korea Utara ke Rusia Diklaim Jadi Bukti
"Mobilisasi pasukan antara Korea Utara dan Rusia masih berlangsung. Kami memeriksa kemungkinan penerjunan sejumlah personel (Korea Utara), termasuk perwira tinggi, ke medan pertempuran," demikian keterangan NIS dikutip Yonhap.
NIS juga melaporkan bahwa militer Rusia telah mengajari pasukan Korea Utara lebih dari 100 perintah militer dalam bahasa Rusia. Penerjunan pasukan Kim Jong-un ke Rusia pun diduga terkendala perbedaan bahasa.
Intelijen Korea Selatan itu turut melaporkan penerbangan pesawat Rusia yang bolak-balik Moskow-Pyongyang pada 23-24 Oktober. Pesawat itu diduga mengangkut pejabat militer Rusia yang terlibat operasi penerjunan pasukan Korea Utara.
Sebelumnya, NIS melaporkan bahwa Pyongyang telah menerjunkan sekitar 3.000 pasukan ke Rusia untuk berperang di Ukraina. Kim Jong-un disebut berencana mengirim hingga 10.000 pasukan per Desember 2024.
Menanggapi langkah Pyongyang, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengaku pihaknya mempertimbangkan mengirim senjata ke Ukraina. Seoul mempertimbangkan peran aktif dalam perang Rusia-Ukraina dengan mempertimbangkan keterlibatan negara tetangganya.
"Jika Korea Utara menerjunkan pasukan khusus ke perang Ukraina sebagai bagian kerja sama Rusia-Korea Utara, kami akan mendukung Ukraina dalam sejumlah tahapan dan meninjau serta mengimplementasikan tindakan yang dibutuhkan demi keamanan Semenanjung Korea," kata Yoon, Kamis (24/10) lalu.
"Meskipun kami memegang prinsip tidak memasok senjata mematikan secara langsung, kami bisa meninjau pendirian kami dengan lebih fleksibel tergantung tingkat aktivitas miltier Korea Utara."
Baca Juga: Trump Ungkap Kim Jong-Un Bukan Musuh AS Paling Berbahaya, tapi Sebut Sosok-Sosok Ini
Sumber : Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.