PYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terus mampu membiayai program nuklirnya meski bermacam sanksi diberikan Barat ke negara tertutup itu.
Akhirnya terungkap bagaimana Kim Jong-un mampu mendapatkan dana untuk memperkuat program nuklirnya
Mantan pejabat Korea Utara, Ri Jong-ho mengungkapkan fakta mengejutkan bagaimana Kim Jong-un bisa mendapatkan dana di tengah sanksi-sanksi tersebut.
Baca Juga: Media Putin Sebut Biden Makin Frustasi dengan Israel, Diyakini Tak Mampu Hindari Perang Kawasan
Ri Jong-ho merupakan mantan pejabat di Office 39, kelompok rahasia yang dibentuk pada 1970-an untuk mengelola dana gelap bagi kepemimpinan Korea Utara.
Ri mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa Korea Selatan memberikan dukungan pada Korea Utara dalam pengayaan uranium di era Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un.
Ia menegaskan bahwa meski sanksi Amerika Serikat (AS) dan PBB diyakini berdampak pada ekspor utama Korea Utara seperti batu bara, mineral dan tekstil, namun China dan Rusia tak menerapkan dengan semestinya.
“China dan Rusia tak menerapkan sanksi terhadap Korea Utara dengan baik terkait pendapatan yang diperoleh sekitar 100.000 perkerja dan ribuan teknisi IT yang dikirim ke luar negeri,” kata Ri Jong-ho seperti dilaporkan Radio Free Asia Senin (30/9/2024).
“Fasilitas pengayaan uranium telah dibangun pada awal 2000-an oleh Kim Jong-il, yang mendapat dukungan dari pemerintah Korea Selatan, dan menginvestasikan dukungan itu secara intensif, dengan mengimpor sentrifugal dan peralatan khusus lainnya,” ujarnya.
Di era Kim Jong-un pembangunan dan renovasi fasilitas nuklir Korea Utara masih dilakukan, dan diyakini adanya departemen khusus di Office 39, yang membiayainya.
Namun, Ri membantah adanya departemen khusus untuk membiayai fasilitas nuklir Korea Utara.
“Tak ada departemen khusus di Office 39 yang bertanggung jawab untuk pendanaan tersebut. Banyak organisasi yang dimobilisasi untuk membuat uang, dan uang itu dikumpulkan oleh departemen keuangan Office 29,” katanya.
“Setelah itu, Kim Jong-un bisa mengeluarkan sesukanya. Rezim Kim Jong-un mengamankan pendanaan itu lewat pengembangan dari sumber domestik, termasuk produksi emas,” katanya.
Ri mengungkapkan pendapat dari 100.000 pekerja Korea Utara di luar negeri, dan ribuan teknisi IT mencapai sekitar USD300 juta atau setara Rp4,6 triliun per tahun.
“Kebanyakan uang ini didepositokan ke pendanaan revolusi Kim Jong-un dan digunakan olehnya untuk membangun rudal nuklir, atau membeli barang-barang mewah,” ujarnya.
Baca Juga: Reaksi Keras China Usai Israel Serang Lebanon, Tuntut Negara Besar untuk Bertindak
“Selain itu, juga digunakan untuk memberikan gaya hidup mewah untuknya dan keluarganya,” kata Ri.
Ri Jong-ho sendiri memutuskan membelot pada 2014 dari Korea Utara, setelah Kim Jong-un menghabisi seluruh lawan politiknya, termasuk sang paman Jang Song-thaek.
Ri membelot ke Korea Selatan dengan keluarganya, dan pindah ke AS setelah tiba di sana.
Sumber : Radio Free Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.