SEOUL, KOMPAS.TV — Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memberikan ultimatum keras kepada Korea Utara terkait ancaman penggunaan senjata nuklir. Menurut Yoon, jika Korea Utara nekat menggunakan senjata nuklir, mereka akan menghadapi akhir dari rezimnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Yoon dalam pidatonya saat memperingati Hari Angkatan Bersenjata ke-76, Selasa (1/10/2024), di Pangkalan Udara Seoul, Seongnam.
"Militer kami akan segera membalas provokasi Korea Utara berdasarkan kemampuan tempur yang kuat dan kesiapan yang kokoh. Jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir, mereka akan menghadapi respons tegas dan luar biasa dari militer kita dan aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat. Hari itu akan menjadi akhir dari rezim Korea Utara," ucap Yoon dikutip dari Yonhap.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ancaman nuklir dari Korea Utara, yang bulan lalu pertama kali mengungkapkan secara publik fasilitas pengayaan uranium miliknya.
Yoon mengutuk rezim Kim Jong-un yang terus melakukan provokasi sambil mengabaikan kesejahteraan rakyatnya sendiri.
Presiden Yoon juga mengecam berbagai provokasi Korea Utara, mulai dari peluncuran balon sampah, gangguan GPS, hingga klaim "dua negara bermusuhan" yang memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea.
Menurut Yoon, langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa Korea Utara semakin menutup diri dari kemungkinan reunifikasi.
"Mereka kini bahkan menyangkal peluang reunifikasi dan terus mengandalkan ilusi bahwa senjata nuklir dapat menjamin keamanan mereka. Namun, perdamaian yang palsu berdasarkan niat baik musuh hanyalah fatamorgana," tegas Yoon.
Baca Juga: Rezim Kim Jong-Un Makin Menakutkan, Daftar Kejahatan untuk Hukuman Mati di Korea Utara Ditambah
Untuk menghadapi ancaman ini, Yoon berjanji untuk membangun militer yang lebih kuat serta mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat dan Jepang.
"Sejarah telah membuktikan bahwa satu-satunya cara untuk menjaga perdamaian adalah dengan memperkuat kekuatan kita agar musuh tidak berani menantang kita," katanya.
Salah satu fokus peringatan tahun ini adalah pembentukan Komando Strategis baru, yang bertujuan untuk mengintegrasikan kemampuan konvensional militer Korea Selatan dengan perpanjangan daya gentar Amerika Serikat.
Aliansi ini mencakup komitmen AS untuk menggunakan seluruh kapabilitas militernya, termasuk senjata nuklir, dalam melindungi sekutunya.
"Komando Strategis akan menjadi unit kunci yang melindungi bangsa dan rakyat kita dari ancaman nuklir dan senjata pemusnah massal Korea Utara," tambah Yoon.
Sebanyak 5.000 tentara dan 340 unit peralatan militer dikerahkan dalam upacara tersebut, termasuk rudal permukaan-ke-permukaan Hyunmoo, howitzer otomatis K9, dan robot berkaki empat.
Salah satu sorotan utama adalah rudal Hyunmoo-5, yang dikenal mampu membawa hulu ledak seberat 8-9 ton dan menghancurkan bunker bawah tanah.
Sebagai bagian dari peringatan, parade militer juga akan digelar di pusat kota Seoul, menandai tahun kedua berturut-turut pawai ini berlangsung di ibu kota.
Baca Juga: Adik Kim Jong-Un Kecam Bantuan Militer AS ke Ukraina, Sebut Perang Nuklir dengan Rusia Bakal Pecah
Sumber : Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.