Anggaran pertahanan China lebih dari dua kali lipat sejak 2015, meskipun pertumbuhan ekonomi negara itu melambat. Laporan Departemen Pertahanan AS tahun lalu menyebutkan bahwa China terus memperkuat kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat untuk "bertarung dan menang dalam perang melawan musuh yang kuat."
Baca Juga: Duh! Petinggi Militer AS Sebut Senjata Nuklir China Makin Mengkhawatirkan
Perbandingan Rudal Nuklir China dengan Negara Lain
Laporan AS memperkirakan bahwa China memiliki lebih dari 500 hulu ledak nuklir operasional pada Mei 2023 dan diproyeksikan akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak operasional pada 2030. Namun, China tidak pernah mengungkapkan ukuran pasti persenjataan nuklirnya.
Sebagai perbandingan, Rusia diperkirakan memiliki lebih dari 5.580 hulu ledak, termasuk 4.380 untuk kekuatan operasional dan tambahan 1.200 yang menunggu untuk dibongkar. Sementara itu, AS memiliki 5.044 hulu ledak nuklir.
Uji Coba Rudal di Kawasan
Beberapa negara memiliki ICBM dalam persenjataan mereka, namun pengujian biasanya dibatasi di wilayah mereka sendiri. Korea Utara, misalnya, telah melakukan beberapa kali uji coba ICBM sejak 2017, termasuk menembakkan rudal berbahan bakar padat pada Desember yang mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
AS juga telah meluncurkan dua ICBM tak bersenjata dari California tahun ini, yang jatuh di lokasi uji coba Amerika di Kepulauan Marshall.
Sementara itu, uji coba ICBM China jarang dilakukan di perairan internasional. Para ahli menyebut peluncuran ini sebagai tanda kekuatan China yang semakin berkembang, terutama di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS di Asia Pasifik.
Menurut James Acton, co-director Nuclear Policy Program di Carnegie Endowment for International Peace, langkah ini mencerminkan uji coba yang sering dilakukan oleh Amerika Serikat dengan armada rudal balistiknya.
"Ketika mereka tidak melakukan hal seperti ini selama 44 tahun, lalu tiba-tiba melakukannya, itu signifikan," kata Acton. "Ini cara China memberitahu kita bahwa, 'Seperti kalian, kami tidak malu memiliki senjata nuklir dan akan berperilaku seperti kekuatan nuklir besar.'"
Baca Juga: Serahkan Dokumen Ratifikasi, Indonesia Resmi Bergabung Traktat Pelarangan Senjata Nuklir
Pesan Tersirat di Balik Uji Coba
Peluncuran ini juga terjadi di tengah penangkapan terkait korupsi yang melibatkan sejumlah petinggi Pasukan Roket China, serta penahanan dua mantan menteri pertahanan terkait dugaan pelanggaran. Peluncuran rudal ini bisa menjadi cara untuk memberikan kepastian kepada publik domestik di tengah perlambatan ekonomi, sekaligus sinyal kepada dunia bahwa Partai Komunis China tetap memegang kendali penuh dan bertekad untuk mencapai status kekuatan global.
"Kita memasuki era baru, era di mana AS dan China terlibat dalam apa yang terasa seperti perlombaan senjata," ujar Jeffrey Lewis, pakar rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies di Middlebury Institute of International Studies, AS.
"Pemerintah China kini menekankan kesiapan operasional dibandingkan isu-isu diplomatik. Ini adalah China yang tidak merasa terbatas," tambahnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.