Kompas TV internasional kompas dunia

Digempur Serangan Brutal Israel, Hizbullah Disebut Mampu Bertahan, Ini Kuncinya

Kompas.tv - 25 September 2024, 18:20 WIB
digempur-serangan-brutal-israel-hizbullah-disebut-mampu-bertahan-ini-kuncinya
Pesawat penumpang Emirates Airlines terlihat di belakang bendera Hizbullah di Bandara Internasional Beirut, Lebanon, Sabtu, 14 September 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Serangan roket Hizbullah tetap berlanjut, karena rantai komando mereka tetap berfungsi meskipun sempat terganggu setelah pager dan radio mereka diledakkan, kata seorang pejabat keamanan senior.

Menurut tiga sumber, kemampuan komunikasi Hizbullah didukung oleh jaringan telepon khusus yang mereka gunakan, yang tetap berfungsi dan sangat penting bagi komunikasi kelompok ini, serta perangkat komunikasi lainnya. Banyak dari pejuangnya masih menggunakan model pager lama yang tidak terpengaruh oleh serangan minggu lalu.

Hizbullah mulai meningkatkan penggunaan pager setelah melarang para pejuangnya menggunakan ponsel di medan perang pada bulan Februari, setelah serangan yang menewaskan beberapa komandan.

Jika rantai komando terputus, para pejuang di garis depan dilatih untuk dapat beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil yang mandiri di dekat perbatasan, yang mampu bertahan dan melawan pasukan Israel dalam waktu yang lama, tambah sumber senior tersebut.

Baca Juga: Israel dan Hizbullah Saling Gempur, Apakah Sudah Masuk Definisi Perang? Ini Penjelasannya

Hizbullah ikut serta dalam latihan militer dengan pesawat nirawak bersenjata di desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, pada 21 Mei 2023. (Sumber: AP Photo)

Hal ini mengingatkan pada peristiwa tahun 2006, ketika perang terakhir antara Hizbullah dan Israel terjadi, di mana para pejuang kelompok ini mampu bertahan selama berminggu-minggu, sebagian besar di desa-desa dekat perbatasan yang diserang Israel.

Israel mengeklaim telah meningkatkan serangan untuk menghancurkan kemampuan Hizbullah dan memastikan ribuan warga Israel yang mengungsi dapat kembali ke rumah mereka di dekat perbatasan Lebanon.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan pemerintahannya lebih memilih kesepakatan yang dinegosiasikan untuk menarik Hizbullah dari wilayah perbatasan, tetapi mereka siap untuk melanjutkan kampanye pengeboman jika Hizbullah menolak, bahkan mempertimbangkan opsi militer lainnya.

Ketahanan Hizbullah meningkatkan kekhawatiran bahwa perang ini akan berkepanjangan, yang bisa menarik Amerika Serikat, sekutu utama Israel, dan Iran untuk terlibat, terutama jika Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan.

Militer Israel menolak memberikan komentar terkait ini.

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memperingatkan tentang konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari perang besar di Timur Tengah. Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington tidak setuju dengan strategi eskalasi Israel dan sedang berupaya meredakan ketegangan.

Kelompok ini terus memperluas jaringan terowongannya sejak perang 2006, termasuk sistem pemandu presisi, seperti yang dikatakan oleh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Pejabat Hizbullah juga menyatakan mereka baru menggunakan sebagian kecil dari persenjataan tersebut dalam pertempuran selama setahun terakhir.

Baca Juga: Linimasa Sejarah Konflik Hizbullah dengan Israel dan Dampaknya bagi Palestina

Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel melepaskan tembakan untuk mencegat roket yang diluncurkan dari Lebanon, di Israel utara, Selasa, 24 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Pejabat Israel telah menyatakan infrastruktur militer Hizbullah terkait erat dengan desa-desa dan komunitas di Lebanon selatan, dengan amunisi dan landasan peluncur rudal disimpan di rumah-rumah di seluruh wilayah tersebut. Israel telah menggempur desa-desa tersebut selama berbulan-bulan untuk melemahkan kemampuan Hizbullah.

Namun, detail yang dikonfirmasi tentang jaringan terowongan tersebut masih langka.

Sebuah laporan tahun 2021 oleh Alma, sebuah lembaga pemikir Israel yang mengkhususkan diri dalam Hizbullah, menyatakan bahwa Iran dan Korea Utara telah membantu membangun jaringan terowongan ini setelah perang 2006.

Israel telah mengalami kesulitan besar dalam menyingkirkan komandan Hamas dan unit-unit tempur mandiri dari jaringan terowongan yang membentang di Gaza.

"Itu adalah salah satu tantangan terbesar kami di Gaza, dan itu pasti sesuatu yang bisa kami temui di Lebanon," kata Carmit Valensi, seorang peneliti senior di Institute for National Security Studies di Tel Aviv, sebuah lembaga pemikir.

Andreas Krieg menyatakan, tidak seperti di Gaza, di mana sebagian besar terowongan digali secara manual ke tanah berpasir, terowongan di Lebanon digali jauh ke dalam batu gunung. "Mereka jauh lebih sulit diakses daripada di Gaza dan bahkan lebih sulit untuk dihancurkan."


 

 




Sumber : Straits Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x