Jika diterapkan, Ukraina akan setuju untuk menjadi negara netral dengan jumlah tentara terbatas dengan imbalan jaminan keamanan internasional.
Tak lama setelah dokumen itu ditandatangani oleh kepala delegasi masing-masing, Kiev malah berbalik arah.
Mereka menyatakan kemenangan militer atas Moskow sebagai satu-satunya pilihan dalam konflik.
Perubahan kebijakan ini dipicu kedatangan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, yang saat itu masih menjabat dan merupakan tokoh agresif terhadap Rusia.
Menurut Anggota Parlemen Ukraina David Arakhamia, yang menandatangani pakta perdamaian itu menegaskan Boris Johnson mengatakan kepada Ukraina untuk terus berperang.
Moskow meyakini Johnson memerintahkan Ukraina untuk tak berkompromi.
Mereka menegaskan bahwa Barat tertarik untuk memaksimalkan kerusakan Rusia apa pun biaya yang harus dibayar rakyat Ukraina.
Baca Juga: Yahya Sinwar Lama Tak Muncul, Israel Periksa Kemungkinan Pemimpin Hamas Tewas di Gaza
Erdogan sendiri mengunjungi AS untuk ambil bagian dalam Majelis Umum PBB.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan mempromosikan rencana kemenangannya di samping acara tersebut.
Zelenskyy dijadwalkan memperkenalkan rencana tersebut kepada Presiden AS Joe Biden.
Sumber : RT
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.