GAZA, KOMPAS.TV - Jelang satu tahun perang di Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, krisis kemanusiaan terus terjadi sementara gencatan senjata tampaknya masih jauh dari kata sepakat.
Gaza kembali menjadi saksi dari serangan militer yang berkepanjangan, saat Israel melanjutkan gempuran di berbagai wilayah, termasuk Gaza City dan Deir el-Balah, Selasa (17/9/2024).
Dilansir dari Al Jazeera, serangan terbaru itu menewaskan setidaknya enam orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
Serangan udara yang terus berlanjut menggarisbawahi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, di mana penduduk hanya dapat menikmati satu kali makan per hari.
Hal ini disebabkan oleh blokade Israel yang mencegah 83 persen bantuan pangan yang dibutuhkan mencapai wilayah yang terkepung tersebut, menurut pernyataan bersama dari 15 organisasi bantuan kemanusiaan.
Di tengah konflik yang masih memanas, kabinet perang Israel kembali bersidang dengan kabar bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mempertimbangkan untuk menggantikan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan untuk memperluas tujuan perang, termasuk memastikan kembalinya warga Israel di wilayah utara yang sempat mengungsi akibat ancaman serangan.
Baca Juga: AS Mulai Frustrasi dengan Situasi di Gaza, Kini Kritik Israel di Depan Sidang Dewan Keamanan PBB
Upaya diplomasi untuk menghentikan konflik terus dilakukan di berbagai tingkat internasional.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa pembicaraan untuk gencatan senjata masih berlangsung, meski diakui prosesnya "sangat sulit" dan tampak "tak berujung".
Namun, Guterres tetap optimis bahwa kesepakatan untuk mengakhiri perang ini masih mungkin tercapai.
Sementara Amerika Serikat, melalui juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller, mengonfirmasi bahwa Washington terus bekerja sama dengan mediator dari Mesir dan Qatar untuk merumuskan proposal baru terkait kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan warga Israel yang disandera oleh kelompok Hamas.
Meski belum ada batas waktu yang ditentukan, Miller menegaskan bahwa upaya ini dilakukan dengan cepat agar kesepakatan bisa segera dicapai.
Namun di sisi lain, Netanyahu menambahkan bahwa tujuan perang kini meluas, tidak hanya menghentikan serangan dari Gaza, tetapi juga memungkinkan warga Israel di perbatasan Lebanon yang telah mengungsi untuk kembali ke rumah mereka.
Ketegangan antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran terus meningkat, dengan adanya baku tembak lintas perbatasan hampir setiap hari sejak awal perang ini.
Sementara itu, data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menunjukkan bahwa lebih dari 40.000 orang di Gaza telah tewas atau dinyatakan hilang sejak pertempuran dimulai hampir setahun yang lalu.
Tampaknya krisis kemanusiaan di Gaza masih belum menemukan titik terang. Namun harapan tidak boleh pudar.
Baca Juga: Hamas Kecam Israel karena Rekrut Pencari Suaka Afrika untuk Berperang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.