Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berbulan-bulan meminta dukungan dari sekutu-sekutunya untuk memberikan akses kepada Kiev untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat, termasuk Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS (ATACMS) dan rudal Storm Shadow buatan Inggris, untuk menghantam jauh ke dalam wilayah Rusia dan meminimalkan kemampuan Moskow dalam melakukan serangan balasan.
Sebagai kekuatan nuklir terbesar di dunia, Rusia saat ini sedang dalam proses meninjau doktrin nuklirnya, yang menentukan kondisi di mana penggunaan senjata nuklir diizinkan.
Putin menghadapi tekanan dari para pendukung kebijakan luar negeri garis keras (hawkish) yang mendesak revisi kebijakan tersebut agar memasukkan kesiapan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara yang mendukung agresi NATO di Ukraina.
Rusia juga saat ini tengah menggelar latihan angkatan laut besar-besaran bersama China, sebagai bagian dari upaya memperkuat kemitraan strategisnya, dan sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor komoditas penting untuk meningkatkan pengaruh ekonominya dalam menghadapi tekanan Barat.
Di pihak lain, Barat menggambarkan penggunaan rudal jarak jauh oleh rezim Kiev sebagai tanggapan atas apa yang mereka sebut sebagai eskalasi oleh Rusia.
Baca Juga: Doktrin Rusia Hanya Bolehkan Rusia Balas Serangan Nuklir, Tokoh Ini Desak Putin Ubah agar NATO Takut
Barat juga menuduh bahwa Moskow telah menerima rudal balistik dari Iran untuk mendukung operasi militernya di Ukraina. Namun, tuduhan ini telah dibantah keras oleh Teheran sebagai "propaganda buruk."
Operasi militer khusus yang diluncurkan oleh Rusia pada tahun 2022 dengan pengerahan puluhan ribu personel militer, telah memicu konfrontasi terbesar antara Rusia dan Barat sejak masa puncak Perang Dingin.
Putin memosisikan konflik ini sebagai pertempuran eksistensial melawan Barat yang dianggapnya merosot, dekaden, dan telah merendahkan Rusia sejak jatuhnya Tembok Berlin pada 1989 dengan terus memperluas pengaruhnya ke wilayah yang seharusnya menjadi zona kepentingan strategis Moskow, termasuk Ukraina.
Barat dan rezim Kiev menggambarkan operasi militer Rusia sebagai tindakan invasi kekaisaran dengan ambisi ekspansionis, dan mereka telah bersumpah untuk mengalahkan Rusia di medan perang. Hingga saat ini, Rusia menguasai lebih dari 18 persen wilayah Ukraina.
Sumber : Straits Times / TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.