MOSKOW, KOMPAS TV – Presiden Federasi Rusi Vladimir Putin menyatakan Barat akan terlibat langsung dalam perang melawan Rusia jika mereka mengizinkan Kiev menyerang wilayah kedaulatan Rusia menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat, Kamis (12/9/2024).
Menurut Putin, langkah semacam itu akan secara fundamental mengubah karakter dan cakupan operasi militer khusus yang sedang berlangsung, praktis menjadi perang terbuka.
Dalam salah satu pernyataan paling kerasnya, Putin menyatakan bahwa tindakan semacam ini akan membuat negara-negara NATO yang menyuplai rudal tersebut terlibat langsung dalam konflik.
Putin menekankan penargetan rudal dan pemrograman jalur penerbangan tidak dapat dilakukan sendiri oleh Kiev, namun oleh NATO. Pasalnya, Ukraina tidak punya kemampuan infrastruktur militer yang memadai untuk menjalankan operasi tersebut secara mandiri.
“Jadi ini bukan hanya soal mengizinkan rezim Kiev menyerang wilayah Rusia. Ini adalah soal keputusan apakah negara-negara NATO akan terlibat langsung dalam konflik militer ini,” ujar Putin dalam wawancara dengan televisi negara Rusia.
“Jika keputusan ini diambil, maka akan ada partisipasi langsung dari negara-negara NATO, termasuk Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Eropa, dalam perang. Ini adalah keterlibatan langsung mereka dalam aksi militer melawan Rusia, yang akan secara signifikan mengubah sifat dari konflik ini,” kata Putin.
Rusia, sebagai tanggapan atas ancaman ini, akan dipaksa untuk mengambil "keputusan yang tepat" berdasarkan ancaman baru tersebut.
Putin tidak memberikan rincian lengkap tentang langkah-langkah apa yang akan diambil, namun dia sebelumnya telah berbicara tentang opsi untuk mempersenjatai musuh-musuh Barat dengan sistem senjata Rusia untuk menyerang kepentingan-kepentingan Barat.
Pada bulan Juni, Putin juga menyinggung kemungkinan penempatan rudal konvensional Rusia yang dapat menjangkau wilayah Amerika Serikat dan sekutu NATO di Eropa.
Baca Juga: Pemimpin AS dan Inggris Bertemu untuk Bahas Perang Rusia-Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berbulan-bulan meminta dukungan dari sekutu-sekutunya untuk memberikan akses kepada Kiev untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat, termasuk Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS (ATACMS) dan rudal Storm Shadow buatan Inggris, untuk menghantam jauh ke dalam wilayah Rusia dan meminimalkan kemampuan Moskow dalam melakukan serangan balasan.
Sebagai kekuatan nuklir terbesar di dunia, Rusia saat ini sedang dalam proses meninjau doktrin nuklirnya, yang menentukan kondisi di mana penggunaan senjata nuklir diizinkan.
Putin menghadapi tekanan dari para pendukung kebijakan luar negeri garis keras (hawkish) yang mendesak revisi kebijakan tersebut agar memasukkan kesiapan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara yang mendukung agresi NATO di Ukraina.
Rusia juga saat ini tengah menggelar latihan angkatan laut besar-besaran bersama China, sebagai bagian dari upaya memperkuat kemitraan strategisnya, dan sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor komoditas penting untuk meningkatkan pengaruh ekonominya dalam menghadapi tekanan Barat.
Di pihak lain, Barat menggambarkan penggunaan rudal jarak jauh oleh rezim Kiev sebagai tanggapan atas apa yang mereka sebut sebagai eskalasi oleh Rusia.
Baca Juga: Doktrin Rusia Hanya Bolehkan Rusia Balas Serangan Nuklir, Tokoh Ini Desak Putin Ubah agar NATO Takut
Barat juga menuduh bahwa Moskow telah menerima rudal balistik dari Iran untuk mendukung operasi militernya di Ukraina. Namun, tuduhan ini telah dibantah keras oleh Teheran sebagai "propaganda buruk."
Operasi militer khusus yang diluncurkan oleh Rusia pada tahun 2022 dengan pengerahan puluhan ribu personel militer, telah memicu konfrontasi terbesar antara Rusia dan Barat sejak masa puncak Perang Dingin.
Putin memosisikan konflik ini sebagai pertempuran eksistensial melawan Barat yang dianggapnya merosot, dekaden, dan telah merendahkan Rusia sejak jatuhnya Tembok Berlin pada 1989 dengan terus memperluas pengaruhnya ke wilayah yang seharusnya menjadi zona kepentingan strategis Moskow, termasuk Ukraina.
Barat dan rezim Kiev menggambarkan operasi militer Rusia sebagai tindakan invasi kekaisaran dengan ambisi ekspansionis, dan mereka telah bersumpah untuk mengalahkan Rusia di medan perang. Hingga saat ini, Rusia menguasai lebih dari 18 persen wilayah Ukraina.
Sumber : Straits Times / TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.