"Pembunuh nenek saya telah lolos dari hukuman lagi dan pergi untuk berperang," ujarnya dikutip dari BBC.
"Reaksi pertama saya adalah ketakutan. Saya membaca laporan forensik dan saya tahu apa yang orang ini lakukan terhadap nenek saya. Sangat mengerikan bahwa dia dibebaskan lagi."
"Fakta bahwa hal ini terjadi di abad ke-21... tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang sedang terjadi!" ujar Anna.
Baca Juga: Zelenskyy Klaim Ukraina Dapatkan Dua Pemukiman Lagi di Kursk, Ini Kata Rusia
Praktik merekrut narapidana untuk bertempur di Ukraina pertama kali dilakukan oleh Wagner pada tahun 2022.
Setelah pemberontakan gagal yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, pendiri Wagner, perekrutan narapidana ini kemudian diambil alih oleh militer Rusia.
Pada Maret 2023, praktik ini diformalkan melalui undang-undang federal, dan perekrutan narapidana kini semakin meningkat.
Banyak narapidana yang dibebaskan, termasuk pelaku kejahatan serius, seperti pembunuh dan pemerkosa.
Mereka diizinkan bergabung dengan militer dengan janji penangguhan hukuman atau pengampunan penuh jika mereka menunjukkan "keberanian" di medan perang.
Kasus Ivan Rossomakhin menyoroti meningkatnya ketakutan di kalangan masyarakat Rusia. Pembebasan narapidana berbahaya untuk dijadikan tentara dianggap sebagai tanda keputusasaan militer Rusia dalam menghadapi kekurangan personel.
Praktik ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan warga sipil, mengingat betapa mudahnya pelaku kejahatan berat mendapatkan kebebasan.
Di sisi lain, Ukraina juga diketahui telah membebaskan beberapa narapidana untuk bergabung dalam pertempuran, tetapi dengan batasan yang lebih ketat. Hanya narapidana yang tidak dihukum karena pembunuhan atau pelanggaran seksual yang diizinkan untuk bertempur.
Baca Juga: Rusia Luncurkan Serangan Rudal dan Drone Skala Besar ke Ukraina, Fasilitas Militer dan Energi Hancur
Sumber : The Moscow Times/BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.