KAIRO, KOMPAS.TV - Sudan dilanda wabah kolera yang telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan menginfeksi ratusan lainnya dalam beberapa minggu terakhir. Kementerian Kesehatan Sudan mengungkapkan hal ini, Senin (19/8/2024).
Negara ini juga tengah dilanda konflik selama 16 bulan serta banjir yang merusak. Menteri Kesehatan Sudan, Haitham Mohamed Ibrahim, mengonfirmasi ada 354 kasus kolera yang telah terdeteksi di berbagai wilayah.
Meski tidak menyebutkan periode waktu pasti, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hingga 28 Juli 2024, sudah ada 78 kematian terkait kolera dan lebih dari 2.400 kasus lainnya sejak awal tahun.
Baca Juga: Serangan Brutal RSF di Sudan, 85 Warga Tewas Termasuk Wanita dan Anak-Anak
Kolera adalah infeksi yang menyebar cepat dan dapat menyebabkan diare parah, dehidrasi, bahkan kematian dalam hitungan jam jika tidak segera diobati. Penyakit ini menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Wabah ini menambah derita Sudan yang telah jatuh ke dalam kekacauan sejak April tahun lalu, ketika ketegangan antara militer dan kelompok paramiliter memicu perang terbuka di seluruh negeri.
Konflik ini telah menghancurkan infrastruktur sipil dan sistem kesehatan yang sudah lemah, membuat banyak rumah sakit dan fasilitas medis terpaksa tutup.
Konflik ini telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan kelaparan, dengan kasus kelaparan terkonfirmasi di kamp pengungsian di wilayah Darfur utara.
Sudan kini menghadapi krisis pengungsian terbesar di dunia. Lebih dari 10,7 juta orang harus meninggalkan rumah mereka sejak perang dimulai, dan lebih dari 2 juta orang melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Banjir musiman yang parah dalam beberapa minggu terakhir memperburuk situasi, menewaskan puluhan orang dan merusak infrastruktur penting di 12 dari 18 provinsi di Sudan, memaksa sekitar 118.000 orang mengungsi.
Baca Juga: Hampir 100 Orang Tewas usai RSF Serang Desa di Sudan, Warga Minta Dipersenjatai
Kolera bukanlah hal baru di Sudan. Pada 2017, wabah besar kolera menewaskan setidaknya 700 orang dan menginfeksi sekitar 22.000 orang dalam waktu kurang dari dua bulan.
Tarik Jašarević, juru bicara WHO, mengatakan bahwa wabah kali ini dimulai di Provinsi Kassala di timur Sudan sebelum menyebar ke sembilan wilayah di lima provinsi.
Sebagian besar kasus yang terdeteksi belum divaksinasi, dan WHO kini bekerja sama dengan otoritas kesehatan Sudan untuk menjalankan kampanye vaksinasi.
Sementara itu, Dewan Kedaulatan Sudan yang dipimpin militer mengumumkan akan mengirim delegasi pemerintah untuk bertemu dengan pejabat AS di Kairo di tengah meningkatnya tekanan dari AS agar militer Sudan ikut serta dalam pembicaraan damai di Swiss.
Pembicaraan yang dimulai pada 14 Agustus ini melibatkan diplomat dari AS, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Uni Afrika, dan PBB.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.