Hamas masih ingin para mediator menjamin bahwa negosiasi berakhir dengan gencatan senjata permanen, menurut dua pejabat yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Baca Juga: Studi The Lancet: Korban Tewas di Gaza Mungkin Lampaui 186.000 Jiwa, 8 Persen dari Total Populasi
Draf saat ini menyatakan bahwa mediator — Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir — “akan melakukan yang terbaik” untuk memastikan bahwa negosiasi menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan apa pun yang akan memaksanya mengakhiri perang dengan Hamas yang masih utuh.
Hamas pada Senin mengatakan pihaknya “menawarkan fleksibilitas dan sikap positif” untuk memfasilitasi kesepakatan, sambil menuding Netanyahu “menempatkan lebih banyak hambatan dalam jalannya negosiasi.”
Sementara pemimpin politik tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, memperingatkan para mediator tentang “konsekuensi yang menghancurkan” jika Israel melanjutkan operasinya di Kota Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Haniyeh mengatakan Netanyahu dan militernya akan menanggung “tanggung jawab penuh” atas runtuhnya pembicaraan.
Di Gaza, warga Palestina tidak kunjung melihat akhir dari penderitaan mereka akibat serangan Israel.
Maha Mahfouz melarikan diri dari rumahnya bersama dua anaknya dan banyak tetangganya di lingkungan Zaytoun di Kota Gaza.
Dia mengatakan daerah mereka tidak termasuk dalam perintah evakuasi terbaru tetapi “kami panik karena pengeboman dan tembakan sangat dekat dengan kami.”
Fadel Naeem, direktur Rumah Sakit Al-Ahli, mengatakan pasien meninggalkan fasilitas tersebut meskipun tidak ada perintah evakuasi untuk daerah sekitarnya. Dia mengungkapkan mereka yang dalam kondisi kritis telah dievakuasi ke rumah sakit lain di Gaza utara.
Sedangkan Marwan al-Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia, mengatakan pihaknya menerima 80 pasien dan orang-orang yang terluka dari Al-Ahli.
Baca Juga: Netanyahu Ingin Israel Bisa Kembali Serang Gaza sebagai Permintaan yang Tak Bisa Dinegosiasikan
“Banyak kasus membutuhkan operasi mendesak. Banyak kasus luka tembak langsung di kepala dan membutuhkan perawatan intensif. Bahan bakar dan pasokan medis menipis,” katanya dalam sebuah pesan teks.
Al-Sultan menambahkan, rumah sakit juga menerima 16 jenazah orang yang terbunuh dalam serangan Israel, setengahnya adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, lebih dari 38.000 orang telah tewas sejak Israel melancarkan serangan ke wilayah yang telah diblokadenya selama 17 tahun terakhir, pada 7 Oktober 2023.
Serangan terbaru Israel ke Gaza terjadi setelah Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober tahun lalu yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang.
Menurut otoritas Israel, Hamas menangkap sekitar 250 orang di mana sekitar 120 masih dalam penahanan di Gaza dan sekitar sepertiganya dikatakan telah meninggal.
Hamas menyatakan akan menggunakan tawanan-tawanan tersebut dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel.
Sebelum serangan Hamas, Israel telah menahan ribuan warga Palestina termasuk wanita dan anak-anak, dan banyak dari mereka yang ditahan tanpa dakwaan.
Baca Juga: Netanyahu Ingin Israel Bisa Kembali Serang Gaza sebagai Permintaan yang Tak Bisa Dinegosiasikan
Sumber : KOMPAS TV, Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.