Kompas TV internasional kompas dunia

Ketegangan Politik Masih Panas, China Peringatkan Taiwan Tak Ikut Campur Penahanan Kapal Nelayan

Kompas.tv - 3 Juli 2024, 22:15 WIB
ketegangan-politik-masih-panas-china-peringatkan-taiwan-tak-ikut-campur-penahanan-kapal-nelayan
Kepala Divisi Pengawasan Pesisir Liao Yun-Hung berbicara tentang kapal ikan yang dicegat oleh kapal-kapal Cina pada Selasa malam, dalam sebuah konferensi pers di Taipei, Taiwan, Rabu, 3 Juli 2024. Taiwan meminta pembebasan kapal ikan tersebut setelah kapal itu dinaiki oleh penjaga pantai Cina dan dibawa ke sebuah pelabuhan di daratan Cina pada hari Selasa. (Sumber: AP Photo/Chiang Ying-ying)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Vyara Lestari

TAIPEI, KOMPAS.TV - Taiwan mengungkapkan pada Rabu (3/7/2024) bahwa China telah memperingatkan penjaga pantai Taiwan untuk tidak mengintervensi penahanan sebuah kapal nelayan Taiwan.

Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan politik setelah terpilihnya Presiden William Lai Ching-te, yang partainya menolak unifikasi dengan China. Beijing juga tampaknya mengancam untuk mengeksekusi para pendukung kemerdekaan Taiwan.

Penjaga pantai Taiwan kembali menyerukan pembebasan kapal dan kru yang diambil dari perairan dekat pulau Kinmen yang dikuasai Taiwan, yang terletak tepat di lepas pantai China, pada Selasa (2/7/2024) malam. 

Namun, permintaan ini menjadi rumit karena China menolak berkomunikasi dengan pemerintah Taiwan.

Juru bicara penjaga pantai Taiwan, Hsieh Ching-chin, mengatakan bahwa kapal tersebut tidak berada di perairan China saat ditawan oleh agen China dan diarahkan ke sebuah pelabuhan di provinsi Fujian.

"Pertama, kami menyerukan pihak Tiongkok untuk memberikan penjelasan, dan kedua untuk membebaskan kapal dan krunya," kata Hsieh dikutip dari Associated Press.

Kapal Dajinman 88 diintersep oleh dua kapal China, dan Taiwan mengirimkan tiga kapal untuk membantu.

Namun, menurut penjaga pantai, kapal yang mendekati kapal nelayan tersebut dihalangi oleh tiga kapal China dan diberitahu untuk tidak ikut campur.

Hsieh menambahkan bahwa empat kapal China lainnya bergabung dalam operasi tersebut, yang menunjukkan ekspansi besar-besaran angkatan laut, penjaga pantai, dan milisi maritim China dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, pengejaran kapal nelayan dihentikan untuk menghindari eskalasi konflik semakin besar.

Diketahui, kapal tersebut memiliki seorang kapten dan lima anggota kru lainnya, yang terdiri dari warga Taiwan dan Indonesia, menurut Kantor Berita Sentral Taiwan. 

Pihak berwenang Taiwan mengatakan kapal tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Jinjiang di daratan China saat diserbu.

Baca Juga: Kematian Zhang Zhijie, Media China Kritik Prosedur Penanganan Medis Darurat

China mengeklaim Taiwan yang memerintah sendiri sebagai wilayahnya dan mengatakan pulau itu harus berada di bawah kendalinya.

Nelayan dari Taiwan dan China secara rutin berlayar di perairan dekat Kinmen, dan ketegangan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kapal China di wilayah tersebut.

Pada Februari, dua nelayan China tenggelam saat dikejar oleh penjaga pantai Taiwan di lepas pantai Kinmen, yang mendorong Beijing untuk meningkatkan patroli.

Beijing telah meningkatkan aksi militer di sekitar Taiwan, serta kepulauan Kinmen dan Matsu yang terletak dalam jarak pandang dari pantai China.

Lebih mengkhawatirkan lagi adalah pengiriman harian pesawat tempur dan kapal angkatan laut China di sekitar pulau serta latihan militer yang dilihat sebagai latihan untuk potensi blokade atau invasi.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan 20 pesawat Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China melintasi garis median Selat Taiwan antara Selasa dan Rabu pagi.

Bulan lalu, China mengeluarkan perintah baru yang mengancam akan memburu dan mengeksekusi “separatis kemerdekaan Taiwan yang keras kepala.” 

Menanggapi hal itu, Taiwan memperingatkan warganya untuk menghindari kunjungan ke daratan Tiongkok serta kota semi-otonom Hong Kong dan Makau.

Pada Selasa, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Kabinet China mengatakan ancaman tersebut hanya akan memengaruhi sebagian kecil orang Taiwan, dan menuduh Partai Progresif Demokratik yang berkuasa "sengaja salah menafsirkan" tindakan tersebut untuk menyebarkan ketakutan.

Warga Taiwan secara mayoritas mendukung status pulau tersebut sebagai de-facto merdeka, meskipun menghadapi ancaman militer dan isolasi diplomatik yang diberlakukan oleh Beijing.

Taiwan memiliki sejarah yang kompleks dengan China, dengan akar kembali ke akhir Perang Dunia II dan pemisahan pada tahun 1949 ketika Nasionalis di bawah Chiang Kai-shek diusir dari daratan oleh Komunis di bawah Mao Zedong.

Tidak ada perjanjian damai yang pernah ditandatangani, meskipun hubungan, termasuk penerbangan langsung antara kedua belah pihak, telah berkembang pesat. 

Baca Juga: Rusia Diprediksi Akan Jadi Pemasok Gas Alam Terbesar China per 2027


 

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x