SEOUL, KOMPAS.TV – Korea Selatan mengancam akan memulai kembali siaran propaganda anti-Pyongyang yang lebih besar di garis depan perbatasan setelah Korea Utara melanjutkan peluncuran balon sampah ke wilayah mereka.
Pada Senin (24/6/2024) kemarin, Korea Utara kembali meluncurkan balon besar yang membawa kantong plastik berisi sampah melintasi perbatasan dan berhasil jatuh di wilayah Korea Selatan.
Menanggapi aksi tersebut, dilansir Associated Press, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, dalam pidato memperingati Perang Korea pada Selasa (25/6/2024), menyebut balon Korea Utara sebagai "provokasi keji dan tidak rasional."
Yoon menegaskan, Korea Selatan akan mempertahankan kesiapan militer yang tegas untuk menghalau provokasi Korea Utara.
Yoon menjadi presiden Korea Selatan pertama sejak 1994 yang menaiki kapal induk Amerika Serikat yang berlabuh di pelabuhan di tenggara negaranya, sebagai simbol kuatnya aliansi antara kedua negara.
Militer Korea Selatan melaporkan, sekitar 350 balon diluncurkan oleh Korea Utara dalam kampanye terbarunya, dengan sekitar 100 balon mendarat di wilayah Korea Selatan, terutama di Seoul dan sekitarnya.
Balon-balon tersebut sebagian besar membawa kertas, dan tidak ditemukan barang-barang berbahaya.
Kampanye balon sampah oleh Korea Utara bukan yang pertama kali. Sebelumnya, mereka telah meluncurkan balon yang membawa kotoran, puntung rokok, dan baterai bekas, selain potongan kain dan kertas-kertas bekas ke berbagai bagian Korea Selatan.
Meskipun tidak menimbulkan kerusakan besar, aksi ini menimbulkan kekhawatiran dan kemarahan pihak Korea Selatan.
Sebagai respons, Korea Selatan pada 9 Juni lalu telah memasang kembali pengeras suara besar di sepanjang perbatasan dan sempat melanjutkan siaran propaganda anti-Korea Utara untuk pertama kalinya dalam enam tahun.
Baca Juga: Lagu Propaganda Kim Jong-Un Diblokir di Korea Selatan, Dianggap Perang Psikologi
Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Lee Sung Joon, menyatakan militer Korea Selatan siap untuk menyalakan kembali pengeras suara di perbatasan.
Ia mengatakan keputusan untuk melanjutkan siaran propaganda tersebut akan bergantung pada tindakan Korea Utara selanjutnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.