TEL AVIV, KOMPAS.TV - Komisi penyelidikan Israel hari Senin (24/6/2024) mengatakan mereka telah mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, memperingatkannya bahwa ia bisa terkena dampak negatif dari kesimpulan penyelidikan tersebut.
Komisi penyelidikan mengungkap dugaan skandal korupsi yang melibatkan pembelian kapal selam dan kapal perang lainnya dari Jerman yang melibatkan Netanyahu.
Penyelidikan yang dimulai pada tahun 2022 ini meneliti kasus pembelian kapal laut senilai $2 miliar dari Thyssenkrupp Jerman.
Pengadilan yang terpisah dalam kasus ini telah mendengar kesaksian dari perdana menteri, tetapi ia tidak dianggap sebagai tersangka dalam kasus ini.
Surat peringatan ini bisa membuat Netanyahu terlibat dalam kasus ini. Netanyahu sendiri sedang menjalani persidangan atas tuduhan korupsi dalam tiga kasus terpisah lainnya dan ia membantah semua tuduhan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mengatakan pembelian kapal selam itu penting untuk kebutuhan keamanan Israel.
Baca Juga: Abaikan Usulan AS dan Resolusi DK PBB, Netanyahu Bertekad Lanjutkan Perang Israel di Gaza
Dalam pengumuman mengenai surat peringatan ini, komite menyatakan bahwa hasil penyelidikannya menunjukkan adanya gangguan serius dalam pengambilan keputusan di beberapa bidang sensitif terkait pembelian kapal selam ini.
Hal itu dalam penyelidikan korupsi disimpulkan mengancam keamanan negara dan merugikan hubungan internasional serta kepentingan ekonomi negara.
Komite tidak merinci tuduhan yang tepat terhadap Netanyahu, tetapi menggambarkan adanya pengambilan keputusan yang tidak tepat di berbagai tingkatan pemerintahan, lembaga pertahanan, dan militer.
Komisi penyelidikan negara memiliki wewenang luas untuk menyelidiki dan memanggil saksi, dan rekomendasinya biasanya menjadi panduan kebijakan pemerintah.
Selain kepada Netanyahu, komite juga mengirimkan surat peringatan kepada mantan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon, yang telah menjadi kritikus keras terhadap Netanyahu, dan Yossi Cohen, mantan Penasihat Keamanan Nasional Netanyahu.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.