YERUSALEM, KOMPAS.TV – Otoritas keamanan Israel mengabaikan dokumen intelijen yang memprediksi serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, demikian disebutkan dalam laporan media milik pemerintah Israel pada Senin (17/6/2024).
Dokumen yang dipersiapkan oleh unit intelijen militer 8200 tersebut bertanggal 19 September, sekitar tiga minggu sebelum serangan yang kemudian dianggap sebagai yang terburuk dalam sejarah Israel.
Dilansir Anadolu, Selasa (18/6/2024), laporan Otoritas Penyiaran Israel itu menyebutkan bahwa dokumen tersebut "telah diketahui oleh pimpinan intelijen dan setidaknya komando Gaza militer Israel."
Baca Juga: Israel Bakar Pintu Penyeberangan Rafah, Lanjutkan Serangan ke Gaza
Laporan itu menyebut dokumen tersebut "secara terperinci menggambarkan serangkaian latihan yang dilakukan oleh unit elite Hamas, yang berlatih untuk menyerbu pos-pos militer dan kibbutzim (komunitas kecil Israel), menculik tentara dan warga sipil, serta memberikan instruksi tentang cara menahan dan menjaga para sandera di dalam Jalur Gaza."
Dokumen tersebut dilaporkan menguraikan tahapan awal latihan Hamas yaitu "menerobos tiruan posisi tentara Israel di Gaza, yang meniru lokasi-lokasi di dekat jalur itu (Gaza)," di mana masing-masing dari empat brigade yang terlibat, ditugaskan di lokasi yang berbeda.
Menurut laporan Otoritas Penyiaran Israel, analis intelijen Israel yang mengamati latihan tersebut kemudian "menguraikan langkah-langkah selanjutnya setelah infiltrasi ke wilayah Israel dan penguasaan posisi-posisi maju."
Dokumen tersebut juga dilaporkan memerinci target-target serangan yang dilatih oleh unit-unit Hamas, termasuk "pos-pos komando, pusat-pusat operasi, kuil-kuil Yahudi di pangkalan militer, markas-markas besar angkatan udara, markas-markas komunikasi, posisi-posisi tembak, dan area-area perumahan tentara."
Baca Juga: Hamas Kutuk Pembakaran Gerbang Perbatasan Rafah oleh Tentara Israel, Sebut Tindakan Kriminal
Laporan itu juga mengungkapkan, brigade-braigade elite diperintahkan "untuk memverifikasi lokasi secara menyeluruh sebelum meninggalkan tempat dan tidak meninggalkan dokumen apa pun."
Meskipun adanya peringatan ini, otoritas keamanan Israel dilaporkan mengabaikan dokumen intelijen tersebut.
Laporan teranyar ini pun memperkuat kritik terhadap kegagalan besar intelijen yang diakui oleh banyak pejabat politik, keamanan, dan militer senior Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Sebelum pecahnya perang pada 7 Oktober, pihak pertahanan Israel padahal telah membanggakan penghalang keamanan "cerdas" baru yang selesai dua tahun lalu dan dilengkapi dengan sistem teknologi di atas dan bawah tanah.
Sejak serangan Hamas, Israel terus melakukan serangan brutal di Gaza yang menyebabkan lebih dari 37.300 warga Palestina tewas, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, serta lebih dari 85.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Sedangkan Israel mengeklaim serangan Hamas ke wilayahnya menewaskan hampir 1.200 orang.
Gaza kini menjadi wilayah yang dipenuhi reruntuhan bangunan di tengah blokade ketat terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militer di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum invasi Israel pada 6 Mei.
Baca Juga: Puluhan Ribu Warga Israel Protes Netanyahu, Tuntut Pemilu dan Akhiri Serangan ke Gaza
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.