Kompas TV internasional kompas dunia

Saat Bolivia Perkenalkan Bir Kuno dari Daun Koka ke Pasar Dunia, Disebut Punya Khasiat Tertentu

Kompas.tv - 12 Juni 2024, 09:30 WIB
saat-bolivia-perkenalkan-bir-kuno-dari-daun-koka-ke-pasar-dunia-disebut-punya-khasiat-tertentu
Seorang pekerja memasang label pada botol bir rasa daun coca di El Viejo Roble, La Paz, Bolivia, Jumat, 3 Mei 2024. Distileri ini telah membuat minuman keras dari daun coca selama bertahun-tahun dan kini bersiap meluncurkan bir baru yang dicampur coca. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

TRINIDAD PAMPA, KOMPAS.TV - Di sudut La Paz yang tenang, sebuah rumah sederhana dengan ember-ember berisi daun koka yang direndam dalam cairan mungkin sekilas terlihat seperti laboratorium kokain ilegal. Namun, aroma buah dari daun koka yang direndam menunjukkan bahwa Anda telah tiba di pabrik El Viejo Roble yang disetujui pemerintah.

Selama bertahun-tahun, pabrik ini memproduksi minuman keras dari daun koka dan sekarang bersiap meluncurkan bir baru dengan campuran koka. Pertanyaannya adalah, apakah dunia siap menerima daun hijau ini, yang lebih dikenal sebagai bahan utama kokain?

Keputusan baru-baru ini oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mempelajari manfaat non-narkotika dari koka menghidupkan kembali harapan lama para petani, pembuat, dan penjual koka di Bolivia.

“Menjual ke luar negeri adalah keinginan saya dan masyarakat saya sejak kecil,” kata Lizzette Torrez, pemimpin salah satu serikat petani koka terbesar di Bolivia.

Di Bolivia, produsen koka terbesar ketiga di dunia, daun kuno ini telah menjadi bagian dari ritual spiritual di kalangan masyarakat adat selama berabad-abad. Kini semakin banyak produk terkait koka bermunculan, termasuk bir baru dari El Viejo Roble seharga $2.

“Bir bisa pahit, tapi dengan sentuhan manis dari koka, rasanya menjadi lebih enak,” ujar Adrián Álvarez, manajer pabrik.

Di pabrik ini, para pekerja mengemas bir yang akan segera bergabung dengan vodka dan rum rasa koka, produk klasik yang mereka jual kepada pemerintah dan pengunjung.

Minuman koka buatan Álvarez, bersama dengan produk koka lainnya, masih terbatas pada pameran kerajinan di Bolivia dan Peru. Negara-negara ini melegalkan koka selama tidak digunakan untuk membuat kokain.

Di seluruh dunia, konvensi PBB mengklasifikasikan daun koka sebagai narkotika dan melarangnya secara keseluruhan. Pemerintah Bolivia kembali berusaha menghapus stigma terhadap tanaman ini dan membuatnya legal untuk diekspor.

Baca Juga: Asyik Memancing, Wali Kota di AS Malah Temukan Kokain Senilai Rp16 Miliar

Penjual menjajakan daun coca di pasar legal di La Paz, Bolivia, Kamis, 18 April 2024. Pemerintah Bolivia menghidupkan kembali perjuangan bertahun-tahun untuk mendekriminalisasi daun coca di PBB, demi mengakui tradisi masyarakat adat dan memperluas pasar produk terkait coca. (Sumber: AP Photo)

Bolivia juga menciptakan pasar global untuk berbagai produk berbasis koka seperti minuman keras, sabun, sampo, pasta gigi, tepung roti, dan lainnya. Upaya ini mendapatkan dorongan besar ketika WHO mengumumkan akan memulai tinjauan ilmiah tentang daun koka.

“Prosedur telah dimulai untuk pertama kalinya dalam sejarah,” kata Juan Carlos Alurralde, sekretaris jenderal wakil presiden Bolivia.

“Daun ini akan diteliti dengan serius.”

Terakhir kali WHO melakukan studi tentang daun koka adalah pada tahun 1992, namun temuan rinci tidak pernah dipublikasikan. Pejabat dari Kolombia dan Bolivia mengungkapkan proposal penelitian ini bersama perwakilan WHO di Wina awal tahun ini.

Mereka memiliki waktu hingga Oktober, ketika pertemuan komite tentang studi akan dimulai di Jenewa, untuk menyerahkan penelitian tentang sifat obat dan nutrisi dari koka. Studi ini juga akan mempertimbangkan upaya Bolivia untuk mengkomersialkan koka.

Penelitian ini akan menentukan jumlah maksimum alkaloid kokain yang bisa terkandung dalam produk koka di pasar dunia. “Para ahli harus mengevaluasi apakah hal ini menyebabkan ketergantungan,” kata Alurralde.

Di utara La Paz, di perbukitan hijau Trinidad Pampa, para petani koka, yang dikenal sebagai "cocaleros," menyambut baik berita tentang tinjauan WHO. Bagi mereka, mengunyah daun koka adalah kebiasaan sehari-hari seperti minum kopi.

“Ini membantu saya memanen tanpa lelah dan mendukung keluarga saya,” kata petani Juan de Dios Cocarico, mengunyah segenggam koka sambil merobek daun dari batangnya. Dekriminalisasi global, kata para cocaleros, akan membawa lebih banyak pendapatan ekspor.



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x