NEW DELHI, KOMPAS.TV - Perdana Menteri India Narendra Modi hari Selasa, 4/6/2024, mengklaim kemenangan aliansinya dalam pemilu yang dianggap sebagai referendum atas satu dekade kekuasaannya.
Modi, yang berusia 73 tahun, adalah pemimpin yang populer namun kontroversial. Dia telah memimpin ekonomi yang berkembang pesat sambil memajukan nasionalisme Hindu.
Modi adalah Perdana Menteri India kedua yang memenangkan masa jabatan ketiga berturut-turut.
Partainya yang nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP), gagal meraih mayoritas sendiri seperti yang dilakukan pada 2014 dan 2019. Namun, bersama dengan partai-partai lain dalam aliansinya, National Democratic Alliance (NDA), bloknya memenangkan cukup kursi untuk mayoritas tipis di parlemen, menurut data Komisi Pemilihan Umum hari Selasa, 4/6/2024.
Bagi para pendukungnya, Modi adalah figur besar yang telah meningkatkan posisi India di dunia, menjadikan ekonominya terbesar kelima di dunia, dan merampingkan program kesejahteraan yang melayani sekitar 60% populasi. Beberapa bahkan menganggapnya lebih dari manusia biasa.
Namun bagi para kritikus, dia adalah pemimpin yang merusak demokrasi India dan memajukan politik yang memecah belah, menargetkan Muslim yang mencapai 14% dari populasi.
Mereka juga mengatakan dia semakin menggunakan taktik keras untuk menekan lawan politik, membungkam media independen, dan memadamkan perbedaan pendapat.
Pemerintahan Modi menolak tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa demokrasi tetap berkembang.
Baca Juga: Pemilu India: Partai Narendra Modi Diprediksi Kesulitan Raih Mayoritas Mutlak
Para analis politik mengatakan kemenangan Modi didorong oleh program kesejahteraan sosial yang menyediakan manfaat dari makanan hingga perumahan, serta nasionalisme Hindu yang kuat yang mengonsolidasikan suara mayoritas Hindu untuk partainya. Hindu merupakan 80% dari populasi India.
Ekonomi India tumbuh sebesar 7% dan lebih dari 500 juta orang India membuka rekening bank selama masa jabatan Modi. Namun, menurut beberapa ekonom, pertumbuhan tersebut belum menciptakan cukup lapangan kerja, dan ketimpangan semakin buruk di bawah pemerintahannya.
Modi memulai kampanye pemilihannya dua bulan lalu dengan janji menjadikan India negara maju pada 2047 dan menyoroti kebijakan kesejahteraan serta infrastruktur digital yang kuat yang telah menguntungkan jutaan orang India.
Namun seiring berjalannya kampanye, dia semakin menggunakan retorika anti-Muslim, menyebut mereka sebagai "penyusup" dan mengacu pada klaim nasionalis Hindu bahwa Muslim melebihi jumlah populasi Hindu dengan memiliki lebih banyak anak. Modi juga menuduh oposisi memanjakan komunitas minoritas.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.