KAIRO, KOMPAS.TV - Negosiasi untuk mencapai gencatan senjata dalam perang Israel-Gaza menemui jalan buntu yang membuat potensi pertumpahan darah akan terus berlangsung saat bulan suci Ramadan.
Dua hari pembicaraan antara Hamas dan mediator internasional di ibu kota Mesir, Kairo berakhir tanpa terjadi kemajuan signifikan.
Menurut pejabat Palestina, kesepakatan gagal tercapai karena Israel menolak mengirim delegasi ke putaran negosiasi terbaru.
“[Benjamin] Netanyahu tidak ingin mencapai kesepakatan, sekarang giliran Amerika untuk memaksa perdana menteri Israel kembali ke meja perundingan,” kata Basem Naim, kepala divisi politik Hamas di Gaza dikutip dari The Guardian, Selasa (5/3/2024).
Otoritas Israel belum memberikan tanggapan atas komentar ini.
Sebelumnya, seorang pejabat AS mengatakan pada hari Sabtu bahwa Israel telah “lebih atau kurang menerima” kesepakatan yang disampaikan oleh mediator kepada delegasi Israel di Qatar.
Dalam perundingan tersebut, kata seorang sumber, mediator Mesir dan Qatar selama dua hari terakhir memberikan tekanan kepada Hamas untuk menyusun daftar tawanan yang akan dilepaskan sebagai langkah pertama dalam perjanjian gencatan senjata berjenjang dengan Israel.
Tetapi, Israel tidak mengirim delegasi ke hari kedua pembicaraan di Kairo seperti yang diharapkan.
Namun mereka menuntut agar Hamas menyajikan daftar 40 tawanan lansia, sakit, dan perempuan yang akan menjadi yang pertama dilepaskan sebagai bagian dari gencatan senjata yang awalnya akan berlangsung selama enam minggu, dimulai dengan bulan Ramadan.
Hamas kemudian meminta agar bantuan kemanusiaan dalam skala besar diizinkan masuk ke Gaza, dan warga Palestina yang terusir dari rumah mereka di bagian utara wilayah pesisir diperbolehkan untuk kembali.
Baca Juga: Hamas: Sulit untuk Tahu Siapa Sandera Israel yang Masih Hidup di Gaza
Seperti yang diketahui, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 30.000 orang di Gaza dan mengusir 85% dari 2,3 juta penduduk dari rumah mereka.
Data dari kementerian kesehatan Gaza dan PBB juga mencatat serangan Israel menyebabkan lebih dari setengah infrastruktur Jalur Gaza hancur.
Perang yang sudah berlangsung lima bulan itu dipicu oleh serangan mendadak Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap komunitas di seluruh Israel di mana menurut angka Israel, sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya diculik.
Pada November 2023 lalu, sekitar 100 tawanan ditukar dengan 240 wanita dan anak Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Tetapi untuk saat ini, kemajuan dalam kesepakatan gencatan senjata kedua terbukti sulit.
Meskipun awal bulan suci Ramadan pada sekitar 10 Maret bukan merupakan batas waktu untuk gencatan senjata baru, PBB mengatakan, seperempat dari populasi Gaza menghadapi kelaparan.
Maka dari itu, gencatan senjata komprehensif di mana bantuan yang cukup dapat mencapai semua wilayah yang terkepung sangat penting.
Kelaparan anak-anak meroket di wilayah yang terkepung, dengan pejabat PBB melaporkan pada hari Senin bahwa satu dari enam anak di bawah usia dua tahun di setengah utara Gaza menderita kelaparan akut.
Semakin lama pertempuran berlangsung, semakin besar risiko terjadinya kebakaran besar: kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman telah terlibat dalam konflik tersebut.
Ramadan sering kali disertai dengan peningkatan kekerasan dalam konflik Israel-Palestina, bahkan dalam tahun-tahun yang lebih tenang.
Baca Juga: PBB dan Sejumlah Badan Amal Kecam Kurangnya Akses Bantuan ke Gaza Akibat Serangan Israel!
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.