Kompas TV internasional kompas dunia

Perundingan Gaza Macet Gara-Gara Netanyahu, Qatar: Padahal Ada Momentum Positif Sebelumnya

Kompas.tv - 18 Februari 2024, 16:59 WIB
perundingan-gaza-macet-gara-gara-netanyahu-qatar-padahal-ada-momentum-positif-sebelumnya
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdurrahman Al Thani. Pembicaraan mengenai potensi perjanjian gencatan senjata di Gaza mandek dan tidak berjalan sesuai harapan setelah kemajuan positif dalam beberapa minggu terakhir. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

RAFAH, KOMPAS.TV - Pembicaraan mengenai potensi perjanjian gencatan senjata di Gaza mandek dan tidak berjalan sesuai harapan setelah kemajuan positif dalam beberapa minggu terakhir, kata mediator utama Qatar Sheikh Mohammed bin Abdurrahman Al Thani, Sabtu (17/2/2024).

Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh kelompok militan Hamas tidak mengubah tuntutannya yang delusional.

Berbicara selama Konferensi Keamanan Munich, Sheikh Mohammed bin Abdurrahman Al Thani yang juga PM Qatar itu mencatat kesulitan dalam bagian kemanusiaan dari perundingan.

PM Israel Benjamin Netanyahu, yang berada di bawah tekanan untuk membawa pulang sandera yang tersisa dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, mengirim delegasi ke perundingan gencatan senjata di Kairo pada awal minggu ini atas permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, tetapi kini dia sudah tidak melihat alasan untuk mengirim mereka kembali ke perundingan.

Hamas menginginkan gencatan senjata permanen di Gaza dan pembebasan warga Palestina yang ditahan oleh Israel.

Netanyahu juga menolak kekhawatiran internasional tentang serangan darat Israel yang direncanakan di Rafah, sebuah kota di perbatasan selatan Gaza dengan Mesir.

Ia mengatakan kemenangan total melawan Hamas memerlukan serangan, setelah penduduk di sana dievakuasi ke area aman. Namun, belum jelas ke mana mereka akan pergi di Gaza yang sebagian besar hancur.

Adapuh serangan udara baru di tengah Gaza pada Sabtu (17/2) menewaskan lebih dari 40 orang, termasuk anak-anak, dan melukai setidaknya 50 orang, menurut jurnalis Associated Press dan pejabat rumah sakit. Militer Israel mengatakan mereka melakukan serangan terhadap Hamas di sana.

Lima orang tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di luar Khan Younis di selatan, menurut pejabat kesehatan, dan lima orang lainnya, termasuk tiga anak, tewas dalam serangan udara di sebuah bangunan di utara Rafah.

Dr. Marwan al-Hams, direktur Rumah Sakit Abu Yousef al-Najjar, mengatakan bahwa beberapa mayat sedang ditarik dari reruntuhan.

Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu (17/2) mencatat total kematian di Gaza menjadi 28.858 warga sipil. Adapun jenazah 83 orang yang tewas dalam pemboman Israel dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga: Israel Tuding Hamas Ambil Bantuan PBB di Gaza, Utusan AS: Tidak Ada Bukti

PM Israel Benjamin Netanyahu tegaskan Israel tidak akan menyerah pada dikte internasional soal masa depan Palestina. (Sumber: Times of Israel)

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dua pertiga dari mereka yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Perang ini juga telah menyebabkan kehancuran luas, membuat sekitar 80% dari populasi Gaza mengungsi dan memicu krisis kemanusiaan.

Lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza kini mencari perlindungan di Rafah, yang Israel gambarkan sebagai benteng terakhir pejuang Hamas.

Biden telah mendesak Israel untuk tidak melakukan operasi di sana tanpa "rencana" yang kredibel untuk melindungi warga sipil dan untuk fokus pada gencatan senjata. Mesir mengatakan operasi tersebut dapat mengancam hubungan diplomatik.

Israel mengatakan mereka tidak punya rencana untuk memaksa warga Palestina ke Mesir. Namun, foto satelit baru menunjukkan bahwa Mesir bersiap untuk skenario tersebut. Gambar tersebut menunjukkan Mesir membangun tembok dan meratakan tanah di dekat perbatasan dengan Gaza.

Adapun Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, yang juga berbicara di Konferensi Keamanan Munich, mengatakan bahwa tidak ada niat kami untuk menyediakan area aman atau fasilitas, tetapi kami akan memberikan dukungan kepada warga sipil yang tidak bersalah, jika itu terjadi.

Presiden Abdel Fattah el-Sisi selama pembicaraan telepon dengan pemimpin Prancis Emmanuel Macron menegaskan Mesir menolak dengan tegas "pemindahan warga Palestina ke Mesir dengan cara apa pun," menurut kantor el-Sisi.

Dua pejabat Mesir senior mengatakan Mesir sedang membangun garis pertahanan tambahan dalam zona buffer yang sudah ada, yang membentang 5 kilometer (3 mil) dari perbatasan. Mereka berbicara dengan syarat anonimitas karena tidak diizinkan untuk membicarakan detail dengan media.


 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x