TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tampaknya kian kesal dengan sekututnya termasuk Amerika Serikat (AS). Netanyahu bahkan bersikeras menolak didikte untuk mengakui negara Palestina.
Hal itu diungkapkan Netanyahu setelah berbicara dengan Presiden AS Joe Biden, Kamis (15/2/2024).
Pejabat Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan keduanya membicarakan mengenai sandera yang ditahan Hamas.
Baca Juga: Putin Terus Labeli Ukraina Nazi: Tak Ada Simpati bagi Nazi di Rusia
Mereka juga membicarakan mengenai Rafah, tahap selanjutnya perang melawan Hamas, dan situasi kemanusiaan di Gaza.
Setelah pembicaraan dengan Biden, Netanyahu merilis pernyataan bahwa Israel tak bisa ditekan untuk mengaku negara Palestina.
“Posisi saya bisa diringkas dalam dua kalimat berikut,” ujar Netanyahu dikutip dari The Times of Israel.
“Israel dengan tegas menolak perintah internasional mengenai penyelesaian permanen dengan Palestina. Pengaturan seperti itu hanya akan dicapai melalui negosiasi langsung antara para pihak, tanpa prasyarat,” ujarnya.
Netanyahu pun melanjutkan pernyataannya dengan keras terkait pengakuan negara Palestina.
“Israel akan melanjutkan menolak pengakuan sepihak atas negara Palestina,” katanya.
“Pengakuan seperti itu setelah penyerangan 7 Oktober akan memberikan dampak besar terhadap terorisme yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan mencegah penyelesaian perdamaian di masa depan,” kata Netanyahu.
Baca Juga: Tentara Israel Serbu RS Nasser Tembaki Staf dan Pasien yang Berlarian, Klaim Tangkap Anggota Hamas
Pernyataan Netanyahu sendiri menyusul laporan bahwa AS dan sejumlah pejabat negara Arab tengah menyiapkan rencana untuk perjanjian damai yang komprehensif antara Israel dan Palestina.
Hal itu termasuk tenggat waktu yang pasti untuk negara Palestina, yang memicu kecaman langsung dari anggota senior kabinet Netanyahu.
Menurut laporan Washington Post, berdasarkan perkataan pejabat AS dan Arab, sebuah cetak biru dari rencana tersebut akan diumumkan beberapa pekan ke depan.
Meski begitu, waktunya sebagian besar tergantung berapa lama Israel dan Hamas bisa mencapai kesepakatan untuk menunda pertempuran di Gaza.
Sumber : The Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.