TEL AVIV, KOMPAS.TV - Seorang jurnalis dihukum setelah mengatakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ingin semua sandera Israel mati.
Jurnalis Israel, Gil Tamary mengungkapkan hal tersebut pada siaran langsung di Channel 13.
“Netanyahu tak mempunyai kepentingan nyata, tak ada inisiatif nyata untuk membebaskan para sandera,” katanya saat itu dikutip dari Arab News, Rabu (14/2/2024).
Baca Juga: Ancaman Bahaya Deepfake di Pemilu 2024, Diyakini Bakal Bisa Manipulasi Pemilih
“Ia ingin mereka semua mati karena alasannya sendiri, menjadi martir,” kata Tamary.
Ia pun menambahkan bahwa Netanyahu akan melawan perjanjian yang sebelumnya ia setujui.
“Netanyahu tak ingin membawa para sandera kembali hidup-hidup. Kami harus mengerti itu, kami harus menerimanya,” ucapnya.
Pernyataan itu membuat Tamary mendapat kritikan, dan ia pun langsung meminta maaf.
“Ini jelas bukan apa yang Netanyahu inginkan,” ujarnya dalam permintaan maaf tersebut.
Meski memicu kontroversi, Channel 13 menegaskan bahwa sang jurnalis akan kembali bekerja.
Partai Netanyahu, Likud pun bereaksi atas komentar Tamary tersebut.
“Hamas tak memerlukan medianya sendiri jika memiliki Channel 13, “ bunyi pernyataan Likud.
Baca Juga: Israel Cegah Pengiriman Bantuan Tepung dari AS untuk Warga Kelaparan di Gaza, Washington Murka
Pernyataan kontroversial Tamary itu muncul bertepatan dengan laporan bahwa Israel berniat mengirim negosiator ke Kairo untuk mendiskusikan pembebasan sandera dengan pejabat senior Mesir dan Qatar.
Netanyahu sebelumnya menolak proposal Hamas untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Ia mengatakan bakal melanjutkan konflik hingga ia mencapai kemenangan sepenuhnya atas Hamas.
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.