BRUSSELS, KOMPAS.TV - Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan 27 negara anggota Uni Eropa secara bersama-sama mengutuk Hamas atas apa yang mereka gambarkan sebagai penggunaan rumah sakit dan warga sipil sebagai "perisai manusia" dalam perang melawan Israel.
Pada Senin (13/11/2023), Borrell mengatakan pada saat yang sama, Uni Eropa meminta Israel "semaksimal mungkin menahan diri untuk menghindari korban manusia."
Dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa, Borrell menunjukkan pernyataan yang dia keluarkan atas nama 27 negara sebagai tanda kesatuan, setelah beberapa minggu sikap kelompok tersebut mengenai perang Israel-Hamas, simpang siur.
"Anda tahu seberapa sulitnya belakangan ini untuk menyajikan pendekatan yang sepenuhnya bersatu," kata Borrell, "setelah pemungutan suara di Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana negara-negara memberikan suara dengan cara yang berbeda."
Saat ini negara-negara Uni Eropa mengatakan mereka bergabung dalam "seruan untuk jeda segera dalam permusuhan dan pembentukan koridor kemanusiaan, termasuk peningkatan kapasitas di perlintasan perbatasan dan melalui rute maritim khusus, sehingga bantuan kemanusiaan dapat mencapai penduduk Gaza dengan aman."
Israel kerap menggunakan narasi bahwa Hamas menjadikan warga sipil dan rumah sakit sebagai perisai. Israel menuding Rumah Sakit Al-Shifa, yang terbesar di Jalur Gaza, sebagai contoh utama dari hal tersebut.
Israel mengeklaim Hamas punya pusat komando di dalam rumah sakit dan di bawah kompleks tersebut.
Baca Juga: Apa Itu Nakba? Pembersihan Etnis di Palestina yang Tidak Bermula atau Berakhir pada 1948
Meskipun tidak memberikan foto atau video sebagai bukti, Israel membagikan rekaman anggota Hamas yang beroperasi di lingkungan pemukiman dan menempatkan roket dan senjata di dekat sekolah dan masjid.
Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa, menuduh Borrell memutarbalikkan fakta.
Hamas menyatakan pernyataan Uni Eropa sebagai "pembalikan fakta" agar Israel dapat "melakukan lebih banyak kejahatan terhadap anak-anak dan warga sipil yang tak berdaya."
Hamas mendesak Borrell untuk menarik pernyataannya yang "melampaui batas dan tidak manusiawi."
Negara-negara Uni Eropa tidak menyuarakan seruan gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengaku memahami "dorongan untuk gencatan senjata."
Tetapi dia mengatakan mereka yang mengupayakan gencatan senjata harus menjawab pertanyaan, "misalnya, bagaimana permintaan gencatan senjata, secara tajam, dan sekarang dalam situasi mengerikan ini dapat menjamin keamanan Israel? Apa yang terjadi dengan 200 sandera, dan siapa yang bernegosiasi dalam situasi di mana negosiasi tampaknya hampir tidak mungkin?"
Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan angkatan laut Israel menyerang salah satu fasilitasnya di selatan Jalur Gaza, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007.
Hal itu terjadi, meski UNRWA telah membagi koordinat lokasi mereka kepada pihak-pihak yang bertikai.
UNRWA mengatakan serangan yang terjadi pada Minggu (12/11/2023) itu menyebabkan "kerusakan signifikan" pada wisma mereka di Rafah.
Tidak ada korban dalam serangan itu karena staf PBB telah meninggalkan lokasi 90 menit sebelum serangan terjadi.
"Serangan baru-baru ini sekali lagi mengindikasikan tidak ada lokasi yang aman di Gaza. Tidak di utara, tidak di wilayah tengah, dan tidak di selatan," ungkap Komisioner Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini, dikutip dari Al Jazeera.
Sumber : Associated Press, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.