MEDAN, KOMPAS.TV - Petugas medis Rumah Sakit Indonesia yang beroperasi di Bayt Lahiya, Gaza terus berjuang merawat pasien di tengah gempuran yang dilakukan pasukan Israel.
Menurut relawan MER-C Indonesia, Fikri Rofiul Haq, Rumah Sakit Indonesia di Gaza telah dibanjiri pasien selama berminggu-minggu pemboman tanpa henti oleh pasukan Israel.
“Di RS Indonesia saja, tercatat 870 orang meninggal dunia dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka. Sekitar 164 pasien masih dirawat di rumah sakit,” kata Fikri dikutip dari Al Jazeera, Senin (30/10/2023).
“Sekitar separuh penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman daripada rumah mereka, seperti sekolah dan rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia," tuturnya.
"Lebih dari 1.500 warga mengungsi ke RS Indonesia dan berkemah di ruangan kosong dan halaman rumah sakit," ujarnya.
Pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia sempat kehilangan aliran listrik karena pemadaman listrik yang disebabkan oleh kekurangan bahan bakar akibat blokade total Israel.
“Kami berusaha mencari bahan bakar untuk menghidupkan Rumah Sakit Indonesia setelah pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun,” jelas Fikri.
“Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis dan tenaga rumah sakit kelelahan karena dipaksa bekerja 24 jam sehari," ujarnya.
Meski sempat mendapatkan pasokan bantuan pada 19 dan 24 Oktober lalu dari masyarakat Indonesia dan organisasi bantuan lainnya di Gaza, namun jumlah bantuan tersebut masih kurang.
“Kami sempat mendapatkan beberapa obat dan alat kesehatan lainnya, namun masih banyak obat yang belum kami miliki karena sudah habis,” ungkap Fikri.
Baca Juga: Sempat Alami Listrik Padam, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Sudah Beroperasi Kembali
Pada hari Jumat (27/10/2023) kemarin, komunikasi di seluruh Gaza terputus yang berbagai organisasi bantuan termasuk MER-C tidak dapat menghubungi staf mereka di lapangan.
Rima Manzanaris, manajer operasional MER-C yang berbasis di Indonesia mengaku khawatir dengan meningkatnya pemboman militer di Gaza dan komunikasi yang tidak merata.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.