SYDNEY, KOMPAS.TV - Bertempat di Australia National Maritime Museum (ANMM) diselenggarakan pemasangan plakat Black Armada.
Baca Juga: Tiba di Sydney, Presiden Jokowi Dapat Sambutan Hangat Warga hingga Selfie Bareng
Sebagai penyelenggara, National Secretary MUA Paddy Crumlin menjelaskan, pelaut Indonesia bersama pelaut negara lainnya bersama-sama melakukan gerakan dan menunjukkan persatuan antarbangsa dan solidaritas melawan kekuatan kolonial, serta menyampaikan kebanggaan atas blokade Black Armada yang didukung oleh pekerja pelabuhan Australia.
“MUA bangga terhadap aksi blokade Black Armada melawan persenjataan maritim Belanda, dan kami bangga atas perjuangan melawan kolonialisme yang ingin merampas kemerdekaan Indonesia,” ujar Paddy.
Hal ini merupakan momen bersejarah yang menandai pentingnya mengenang kembali blokade Black Armada Belanda oleh Indonesia dan Australia.
Peristiwa blokade Black Armada adalah aksi boikot yang dilakukan oleh para pekerja pelabuhan Australia yang bersama para pelaut Indonesia, India, dan Tiongkok terhadap ratusan kapal Belanda yang hendak membawa pasukan dan suplai logistik militer ke Indonesia untuk menjajah kembali pada tahun 1945.
Acara yang diselenggarakan oleh Maritime Union of Australia (MUA) itu tidak hanya menjadi peringatan tapi juga simbol dari hubungan yang kuat antara Indonesia dan Australia.
Tujuan dari pembukaan plakat ini adalah untuk menghormati dan mengenang perjuangan bersama antara Indonesia dan Australia dalam menghadapi kolonialisme.
Gerakan Black Armada adalah manifestasi dari solidaritas dan kerja sama dua nilai yang tetap relevan hingga hari ini.
Pesan yang sama juga disampaikan Emeritus Professor UTS, Heather Goodall.
Heather berpesan, solidaritas yang timbul dari pelaut Australia dan pelaut asing lainnya di Sydney saat itu didasarkan atas kesamaan visi dalam perjuangan melawan kolonialisme.
Sebagai perwakilan AIA, Anggota Komite AIA, Neil Smith dalam sambutannya menceritakan bagaimana peran AIA, organisasi dua masyarakat yang terbentuk bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia, dalam mendukung blokade serta menceritakan kronologis sejarah peristiwa Black Armada.
Termasuk peristiwa bagaimana para pelaut dan pekerja menggunakan perahu motor kecil berupaya mengejar dan mencegah satu kapal Black Armada seperti terlukis dalam plakat Black Armada yang dipasang.
“Anda bisa melihat perahu motor kecil itu sedang berupaya mencegah kapal besar di plakat”, ujarnya.
Mewakili Pemerintah Indonesia, Konsul Jenderal Vedi Kurnia Buana dalam sambutannya menyampaikan, peresmian plakat ini bukan hanya sekedar memperingati suatu kejadian di masa lalu, namun juga menjadi pengingat akan solidaritas dan kerja sama yang telah terbina selama ini antara Indonesia dan Australia.
“Tidak hanya diplomasi, sejarah kerja sama dan solidaritas kedua masyarakat membuat hubungan dua negara semakin kuat,” ungkap Konsul Jenderal Vedi, melalui keterangan tertulisnya yang diterima Sabtu (14/10/2023).
I Dewa Nyoman Budiasa, Sekjen Kesatuan Pelaut Indonesia menyatakan, sejarah menjadi referensi untuk langkah kita ke depan dan berpesan kepada generasi muda.
“Jangan pernah melupakan sejarah dan jasa para pahlawan, tidak boleh apatis dan harus berperan bagi negara, khususnya dalam mempersiapkan diri menuju Indonesia emas 2045,” kata Nyoman Budi.
Baca Juga: Taruna AAL Menikmati Keindahan Arsitektur Kota Sydney | Bima Suci
Dengan adanya plakat ini diharapkan masyarakat kedua negara dapat terus mengingat dan memperkokoh hubungan jangka panjang berdasarkan rasa hormat dan solidaritas.
Acara tersebut dihadiri oleh Mr.Paddy Crumlin, National Secretary MUA; Warren Smith, Deputy National Secretary MUA; Konsul Jenderal Vedi Kurnia Buana; Michael Baldwin, Deputi Direktur ANMM; Mathias Tambing, Ketua Umum Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI); I Dewa Nyoman Budiasa, Sekjen KPI; Neil Smith, Australia Indonesia Association (AIA); Emeritus Professor University of Technology Sydney (UTS), Heather Goodall beserta tamu undangan lainnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.