BEIRUT, KOMPAS.TV - Seorang pejabat senior Hamas hari Senin, (9/10/2023) mengatakan hanya sejumlah kecil komandan tingkat atas di dalam Gaza yang mengetahui tentang serangan ke Israel, tetapi sekutu seperti Iran dan Hizbullah Lebanon "akan turun tangan jika Gaza menghadapi perang pemusnahan."
Kelompok Hizbullah adalah partai politik dan kelompok militan Islam Syiah Lebanon, dipimpin Hasan Nasrallah dan mendapat dukungan senjata dan dana dari Iran.
Ali Barakeh, anggota kepemimpinan Hamas yang diasingkan, berbicara pada The Associated Press di kantor di Beirut ketika Israel melancarkan serangan udara ke Gaza dan bersumpah akan memberlakukan blokade total terhadap wilayah yang dikuasai oleh Hamas.
Serangan besar-besaran hari Sabtu berhasil mengejutkan militer dan layanan intelijen Israel, ketika ratusan kombatan Hamas memasuki perbatasan dan melancarkan serangan ke beberapa kota. Hingga hari Selasa, (10/10/2023), korban tewas akibat serangan Hamas ke Israel sejumlah 900 orang termasuk tentara Israel, dengan hampir 700 orang tewas dalam serangan balik Israel terhadap Hamas.
Selain itu, ratusan warga sipil Israel disandera Hamas, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.
Barakeh mengatakan serangan direncanakan oleh sekitar setengah lusin komandan tingkat atas Hamas di Gaza dan bahkan sekutu terdekat kelompok tidak diberitahu sebelumnya tentang waktu serangan. Ia membantah laporan yang menyebutkan pejabat keamanan Iran membantu merencanakan serangan atau memberikan izin pada pertemuan pekan lalu di Beirut.
Baca Juga: Militan Palestina Hamas Pastikan Sekutunya Bakal Ikut Bertempur Jika Israel Hancurkan Gaza
"Hanya segelintir komandan Hamas yang mengetahui tentang saat serangan dimulai," kata Barakeh, menambahkan tidak ada yang datang dari komando pusat atau biro politik Hamas di ibu kota Lebanon pekan lalu.
Ia mengakui Iran dan kelompok militan Hezbollah Lebanon telah membantu Hamas sebelumnya, tetapi mengatakan sejak perang Gaza tahun 2014, Hamas telah memproduksi roket sendiri dan melatih personilnya sendiri.
Ketika ditanya apakah AS melihat bukti keterlibatan Iran, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, di Gedung Putih, mencatat "ada sejumput keterlibatan" dari Iran karena dukungannya selama bertahun-tahun terhadap Hamas, namun AS belum "melihat bukti keras dan konkret bahwa Iran terlibat langsung dalam partisipasi atau penyediaan sumber daya, perencanaan serangkaian serangan kompleks yang dilancarkan oleh Hamas akhir pekan lalu."
Barakeh juga membantah spekulasi bahwa serangan, yang telah direncanakan selama lebih dari setahun, bertujuan untuk menggagalkan upaya AS meyakinkan Arab Saudi untuk normalisasi hubungan dengan Israel.
Sebaliknya, ia mengatakan serangan dipicu oleh sejumlah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sayap kanan Israel selama setahun terakhir, termasuk kunjungan provokatif ke situs suci di Yerusalem dan peningkatan tekanan terhadap tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel. Ia juga mengatakan Hamas percaya Israel punya rencana untuk membunuh para pemimpin teratas mereka.
Ia mengatakan bahkan Hamas sendiri terkejut oleh besarnya operasi, yang diberi nama "Operasi Badai Al-Aqsa," mengatakan mereka bahkan memperkirakan Israel akan mencegah atau membatasi serangan Hamas.
Baca Juga: Israel Menyerang dan Menutup Akses ke Gaza, Hamas Bersumpah Akan Mengeksekusi Sandera
"Kami terkejut dengan runtuhnya ini," kata Barakeh. "Kami berencana untuk meraih beberapa keuntungan dan menawan tawanan untuk pertukaran. Pasukan ini sebenarnya hanyalah harimau kertas."
Namun, klaimn Hamas yang merencanakan operasi kecil disangkal oleh kenyataan sekitar 1.000 kombatan ikut serta dalam serangan, menyerang melalui darat, laut, dan bahkan paralayang bermotor.
Israel menyatakan perang total dan berjanji menghukum Hamas seperti belum pernah terjadi sebelumnya, mobilisasi 300.000 tentara caangan Israel dan meningkatkan kemungkinan serbuan darat secara besar-besaran atau bahkan pendudukan ulang Gaza.
Militer Israel mengatakan mereka telah membunuh ratusan anggota dan membom banyak target Hamas. Barakeh mengatakan Hamas sejauh ini hanya menggunakan sejumlah kecil pasukannya sendiri. Ia mengatakan hampir 2.000 kombatan Hamas berpartisipasi dalam pertempuran terbaru ini, dari total 40.000 di Gaza saja.
Hamas juga mungkin bisa mengandalkan sekutunya jika menghadapi kemunduran besar. Pada hari Minggu, Hizbullah melepaskan beberapa roket dan mortir ke tiga posisi Israel di daerah yang diperebutkan.
Pada hari Senin, kelompok militan Jihad Islam Palestina mengklaim telah mengirim empat orang penembak dari perbatasan Lebanon ke Israel.
Baca Juga: Israel Blokade Total Jalur Gaza, Tak Ada Listrik, Air dan Makanan bagi Rakyat Palestina
Mereka mengklaim telah melukai tujuh tentara Israel. Israel mengatakan pasukannya sendiri menembak dan membunuh beberapa penembak yang masuk ke negara itu dari Lebanon. Israel juga melakukan serangan artileri di selatan Lebanon sebagai respons.
Barakeh, yang pernah menjadi perwakilan Hamas di Lebanon selama bertahun-tahun dan sekarang bertanggung jawab dalam koordinasi dengan faksi Palestina lainnya, mengatakan kelompoknya akan menggunakan ratusan warga Israel yang mereka tawan dalam serangan untuk memastikan pembebasan semua warga Arab yang ditahan di penjara Israel dan bahkan beberapa warga Palestina yang dipenjara di Amerika Serikat atas tuduhan pendanaan Hamas.
"Ada warga Palestina yang ditahan di Amerika. Kami akan meminta pembebasan mereka," katanya, tanpa merinci kepada siapa ia merujuk.
Pada tahun 2009, sebuah pengadilan di Dallas menjatuhkan hukuman 65 tahun penjara kepada dua anggota pendiri Holy Land Foundation for Relief and Development, yang pernah menjadi lembaga amal Muslim terbesar di AS, karena mengalirkan jutaan dolar ke Hamas. Tiga orang lainnya dihukum penjara dengan hukuman berkisar antara 15 hingga 20 tahun karena konspirasi.
Barakeh mengatakan Hamas siap untuk melanjutkan perang panjang dan berlarut melawan Israel, mengatakan mereka punya persediaan roket yang akan bertahan lama.
"Kami menyiapkan diri dengan baik untuk perang ini dan untuk menghadapi semua skenario, bahkan skenario perang panjang," tambahnya. "Kami akan menghentikan kehidupan di entitas Zionis jika agresi terhadap Gaza tidak dihentikan."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.