WASHINGTON, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyebut pemerintahan Joe Biden membuka kemungkinan untuk menambah bantuan militer untuk Israel.
Blinken menyebut Washington akan berupaya memenuhi kebutuhan Israel yang tengah berperang dengan Hamas, kelompok perlawanan Palestina yang menguasai Jalur Gaza.
AS, sekutu dekat sekaligus pemasok senjata utama untuk Israel, disebut sedang mempertimbangkan permintaan bantuan tambahan dari Israel.
Blinken menyebut keputusan mengenai bantuan ini akan diumumkan dalam waktu dekat.
Baca Juga: Blokade Israel atas Jalur Gaza Palestina yang Bikin Hamas Bilang "Cukup!"
"Kami telah menerima permintaan tambahan yang spesifik dari Israel. Saya kira Anda akan mendengar lebih banyak soal ini nanti," kata Blinken kepada CNN, dikutip Times of Israel, Minggu (8/10/2023).
"Arahan Pesiden Biden adalah memastikan kami memenuhi apa pun yang diperlukan Israel saat ini untuk menghadapi serangan dari Hamas," lanjutnya.
Blinken pun menduga salah satu alasan Hamas meluncurkan serangan ke Israel adalah untuk membuyarkan perundingan normalisasi hubungan Israel dengan Arab Saudi.
"Tidak mengejutkan bahwa mereka yang menentang perundingan ini, mereka yang menentang Israel menormalisasi hubungan dengan tetangga-tetangganya dan negara lain di luar kawasan adalah Hamas, Hizbullah, dan Iran," kata Blinken.
Israel sendiri dikejutkan serangan besar-besaran Hamas pada Sabtu (7/10) pagi waktu setempat. Pemerintahan Benjamin Netanyahu telah mendeklarasikan perang dan membombardir Jalur Gaza, wilayah Palestina berpenduduk sekitar 2 juta jiwa yang sudah berada di bawah blokade Israel sejak 2007.
Media-media Israel melaporkan, serangan Hamas sejauh ini telah menewaskan lebih dari 600 orang. Hamas pun disebut menculik warga dan petinggi militer.
Sementara serangan Israel ke Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, menyebabkan lebih dari 380 orang tewas dan sedikitnya 2.200 terluka.
Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer menyebut warga negara AS turut ditawan Hamas. Namun, Dermer tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai jumlah tawanan atau kemungkinan warga AS yang terbunuh di Israel.
"Kami memiliki banyak penduduk berkewarganegaraan ganda di Israel. Saya menduga ada beberapa (warga AS yang diculik), tetapi kami masih berusaha menyortir informasi setelah serangan mengejutkan yang mengerikan ini," kata Dremer, dikutip Associated Press.
"Kami pasti akan menampilkan informasi itu sehingga orang-orang terkasih dari orang-orang yang terbunuh dan ditawan ini bisa tahu secepat mungkin," lanjutnya.
Baca Juga: Kabinet Israel Resmi Deklarasikan Perang, 600 Tewas akibat Serangan Hamas
Pasukan Israel sendiri telah meluncurkan serangan balasan ke Jalur Gaza yang wilayah darat, laut, dan udaranya dikendalikan Israel.
Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengaku telah membombardir sedikitnya 426 target di Jalur Gaza pada Sabtu hingga Minggu.
Sebelumnya, Netanyahu telah menyatakan perang terhadap Hamas dan berjanji meluncurkan serangan balasan.
Komandan senior militer Hamas, Mohammed Deif, mengatakan serangan roket menandai awal "Operasi Banjir Al Aqsa". Dia menyerukan warga Palestina melawan pendudukan Israel.
"Kami telah memutuskan, sudah cukup," ujarnya dalam sebuah pesan audio, dikutip Al Jazeera.
"Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir yang ada di muka bumi ini."
Sumber : KOMPAS TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.